🌻MBBIS🌻41

65K 3.5K 335
                                    

Happy reading🌹



Alle tertidur sampai lupa waktu, bahkan saat ia bangun hari sudah malam. Dan saat ia bangun ternyata banyak sekali orang didalam ruangan ini. Ada dua sahabatnya. Arland beserta Varel dan Panji, tak lupa juga sang ibu yang duduk manis dibawah dengan beralaskan karpet hitam.

Namun, yang membuatnya menjadi kesal saat bangun ialah semua orang tidak ada yang bisa memberi jawaban yang tepat untuk dirinya yang bisa berada dirumah sakit ini.

"Bundaa!" kata Alle merengek gemas. Sudah hampir setengah jam ia menunggu jawaban namun tidak ada sama sekali yang membuatnya percaya.

"Apa sayang, kamu mau makan?" tanya Alisha lembut seraya menunjuk bubur yang ada disamping gadis itu.

"Alle kenapa bisa disini sih? Alle mau pulang bun." kata Alle benar-benar kebingungan. Ia benar-benar tidak ingat mengapa dirinya bisa ada disini. Seingatnya ia berada diruang osis dan setelahnya...

"Gak usah dipikirin," sela Arland langsung saat gadis itu mencoba untuk berpikir dan sebelum Alle benar-benar terniat ingin mengingat semuanya.

"Makanya All, kerja boleh tapi otak juga harus diperhatiin. Pingsan kan jadinya." ujar Mika pura-pura mengomel.

Safira pun turut mengikuti. "Kita panik pas lo belum pulang dan ternyata malah pingsan disekolahan." timbrung Safira berakting.

Alle langsung menatap semuanya. "Terus yang bawa gue ke sini siapa? Kok muka gue sakit? Berasa kaya ditampar?" oceh Alle memegang wajahnya.

Semuanya terdiam dan saling lirik.

Panji pun langsung menoleh dan berseru heboh. "Siapa lagi kalau bukan pangeran tamvan ini. Bwehh.. Jiwa pahlawan gue keluar waktu nolongin lo." cerocos Panji bangga. Agar bisa mengalihkan pikiran gadis itu.

"Hilih.. Yang nolongin bertiga, bukan lo aja." kata Safira mendengus melirik cowok itu. Pura-pura mengikuti akting cowok itu. Sedangkan Panji hanya mencebik kemudian kembali memakan snack didepannya.

"Tau nih kampret!" toyor Varel langsung.

"Besok kamu gak boleh sekolah dulu, sampe benar-benar sembuh." ujar Alisha yang nampak tenang mengupas buah-buahan.

"Gak mau! Alle mau pulang, disini gak enak." tolak gadis itu mentah-mentah. Ia lebih baik berkurung dirumah dari pada tempat serba putih ini.

"Turutin! Jangan bandel," kata Arland mencubit hidung gadis itu sehingga sedikit memerah.

Bibir Alle mengerucut. Ia kembali merebahkan diri dikasur itu. Namun, seketika ia bangkit lagi dan mengubah posisi menjadi duduk.

"Mau makan?" tawar Arland yang duduk disisi ranjang menemani gadis itu. Sedangkan yang lain asik memakan buah dibawah sana.

Alle menggeleng. "Mau pulang," pinta Alle serius.

"Gak boleh, sayang." kata Arland lembut.

"Geli Arland!" kata Alle bersemu seketika. Jujur panggilan Aku-Kamu saja masih menggelitik ditelinganya, apalagi panggilan itu.

"Biasain." ujar Arland menjepit pelan bibir gadis itu membuat Alle mendengus seketika.

Alle pun langsung menjauhkan tangan laki-laki itu seraya menatapnya tajam. Namun, seketika tatapannya kembali berubah khawatir saat melihat luka gores yang sangat persis seperti goresan yang ia buat waktu kejadian lalu.

"A-apa ini ulah aku?" ujar Alle menatap intens seraya memegang pipi laki-laki itu.

Arland menggeleng menangkup tangan Alle yang masih bertengger dipipinya. "Bukan All. Ini cuma ke gores kaleng, gegara Panji." kata Arland memberikan alasan.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang