🌻MBBIS🌻34

62.4K 3.5K 215
                                    

Happy reading🌹



"Akhirnya para ciciwi dateng, sini-sini." kata Panji terlihat sangat semangat.

"Mukanya biasa aja," kata Varel memutar bola matanya malas.

"Oh tidak bisa, ini misi penting makanya harus semangat." jawab Panji tersenyum lebar.

"Ada apaan sih?" tanya Mika duduk disamping Varel, sedangkan Alle dan Safira didepannya.

Setelah mengambil pesanan mereka di warung Mang Dani, ketiga gadis itu langsung saja kesini karna Varel mengatakan ada hal yang ingin disampaikan katanya.

"Kamu dengerin aja apa yang nih bocah omongin nanti." jawab Varel seraya terkekeh saat melihat wajah penasaran Mika.

"Ni--

"Pan, ada orangnya. Nanti aja." ujar Varel saat melihat Arland yang berjalan seorang diri dengan ekspresi seperti biasanya.

Panji pun mengangguk paham dan bersikap seperti biasanya. "Lah, tumben si Keyra gak ngekorin lo?" tanya Panji saat cowok itu duduk disampingnya.

"Tau." jawab Arland cuek.

Alle pun langsung tersadar. Biasanya kemana cowok itu pasti ada Keyra, namun kali ini tidak. Bahkan waktu dikelas tadi tas Keyra tidak ada, apa gadis itu pulang.

"Gimana nih? Orangnya ada." bisik Panji menyikut Varel cepat.

"Ya gak tau," bisik Varel juga pusing. Kalau mereka ngusir Arland pasti curiga.

Jadilah mereka memilih memakan makanannya terlebih dahulu.

"Shh.," ringis Alle tanpa sadar saat ia minum.

"Kenapa All? Masih sakit?" ujar Safira menoleh.

"Kok gak pake sedotan, All?" kata Mika menatap jus milik Alle. Pantas saja sakit, karena gadis itu meminum langsung dari gelas tanpa sedotan.

"Habis katanya," jawab Alle sesekali meraba bibirnya.

"Gila parah banget si Keyra nampar anak orang." kata berdecak menggeleng tak percaya.

"Tau tu lampir!" sembur Mika kesal.

Varel langsung merangkul. "Kamu juga ngapain ikut-ikutan tadi? Untung gak masuk bk." ujar Varel mencubit pelan pipi Mika.

"Ihh.. Temen mana sih yang tega liat temennya digampar?! Kalau bisa sekalian aku gelinding tuh orang!" sungut Mika berapi-api.

"Mantap! Setuju gue!" seru Panji menyahuti dan setelahnya mendapat tabokan dari Arland karna cowok itu terlalu berisik.

Mika pun menatap Varel sinis dan tersenyum ke arah Panji.

"Jangan senyum!" kata Varel membekap mulut Mika. Cemburuan memang.

"Dih, dasar bucin!" cibir Panji merasa iri. Jika Safira mau, sudah sejak tadi ia rangkul juga.

"Pake," ujar Arland tiba-tiba menyodorkan sedotan kecil miliknya.

Alle mendongak. "Gak usah, gini aja." tolak Alle kembali hendak meminum, namun sedikit kesusahan.

"Ck, ambil." ujar Arland langsung memasukan sedotan itu ke dalam gelas Alle. Sedangkan Arland langsung menegak minumannya.

Varel menatap Arland heran, sedangkan Panji sudah cengengesan tidak jelas. "Liat sendiri kan? Udah ikutin aja saran gue malam tadi." oceh Panji benar-benar membuat telinganya Varel panas.

"Bang Arland!" seru Ansel berlari kencang.

"Kenapa?" tanya Arland langsung mendongak.

Ansel bernafas sejenak. "Bang Galang katanya ada yang mau diomongin, soal masalah taruhan kemarin." ujar Ansel.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang