🌻MBBIS🌻09

65.9K 3.9K 45
                                    

Happy reading🌹




Sejak kejadian di koridor tadi. Rasa benci dan marah gadis itu seketika menumpuk kepada cowok itu. Ia benci cowok kasar, sama sekali tidak suka.

"All, makanya jangan diladenin. Untung lo gak digampar beneran," kata Mika setengah khawatir.

"Alle sih cari gara-gara m--"

"Jadi menurut lo gue salah?" sela Alle menatap Safira yang tengah memakan keropaknya.

Safira langsung menggeleng. "Bukan gitu, lo tau Arland kan. Tuh, cowok sama sekali gak pandang bulu, kalau dia marah siapapun bakal dia hajar." kata Safira memperingati.

Mika pun mengangguk membenarkan.

"Au ah bodoamat!" ketus Alle kesal. Moodnya saat ini mendadak buruk akibat membahas masalah ini.

Tapi, jangan pikir Alle menyerah saat catatannya dirobek saat ini. Ia tetap melaporkan semuanya ke guru bk, dan mungkin sebentar lagi mereka akan mendapat teguran atau bahkan surat panggilan orang tua.

Tiba-tiba saja kantin mendadak riuh. Lebih tepatnya para siswi gadis itu berteriak heboh. Ketiga gadis itu lantas menyerit bingung dan menoleh secara bersamaan.

"Gilaa.. Haha, itu mereka kenapa?"

"Eh, dihukum gila!"

"Aaa.. Bebep guee!"

Saat Alle menoleh, gadis itu lantas tersedak tawa dan mencoba menghalaunya dengan mencoba menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Kelima remaja itu berjalan menuju kantin dengan wajah entah tidak tahu lagi harus diletakan dimana.

"Hahaa.. Rasain!" gelak tawa Safira lantas menyembur. Gadis itu merasa puas saat melihat kelima cowok itu sekarang.

"Anjirr! Eh, eh jangan salah paham! Ini lagi trend." bantah Panji melotot ke para gadis yang tengah terkikik melihat mereka. Panji malah merasa enjoy saat menjalani hukuman mereka.

"Trend pala lo!" delik Galang menoyor kepala Panji sekilas, namun keras.

Tawa seisi kantin lantas membludak. Bagaimana tidak, para the most wanted itu sangat lucu dengan corengan spidol warna warni diwajah dan juga papan kardus yang bertengger dileher mereka dengan besarnya dan bertuliskan..

Saya berjanji tidak akan membolos lagi.

Seperti itulah bacaan yang tertera. Alle lantas meneliti Arland, wajah laki-laki itu sama sekali bersih tanpa ada coretan spidol sama sekali. Alle yakin, pasti cowok itu memberontak dan menolak mentah-mentah hukum dari Bu Murti, sang guru bk.

Padahal mereka semua ingin sekali melepas benda sialan ini. Namun, hukuman mereka nantinya akan semakin bertambah dan bahkan bisa kena surat panggilan orang tua.

"Gak papa lah jadi artis sehari." kata Revan tidak malu sama sekali. Ia langsung duduk

"Ho'oh! Santuy." celetuk Panji bertos ria kepada Revan. Bagi mereka, ini hanyalah mainan kecil yang tidak berarti apa-apa.

Alle menatap Arland dan laki-laki itu juga menatapnya. Alle menatapnya dengan tatapan meremehkan, sedangkan Arland tajam bak mematikan.

Dengan gerakaan pelan Arland menghampiri Alle dan menatap gadis itu datar. Kini kedua insan yang saling membenci itu tengah berhadap-hadapan.

Teman-teman Arland diam tanpa suara. Ingat! Arland orangnya tidak suka di usik saat dia sedang marah, atau mereka semua akan kena imbasnya.

"Puas?!" tekan Arland penuh emosi. Bahkan saat ini tangannya sudah terkepal kuat.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang