28 - Tepat Satu Bulan

10.3K 863 12
                                    

~ Happy Reading ~

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kamu mau tahu bagaimana kisah cintaku? Seperti kopi tanpa gula. Pahit!— Shanata Levi Azzura.

SETELAH memarkirkan mobilnya, Gerald mengajak Levi duduk di bangku kayu panjang yang berjarak sekitar lima meter dari sisi bibir pantai. Langit masih gelap karena sang mentari belum menampakkan ronanya.

Sesuai rencana kemarin, Gerald dan Levi hari ini datang ke pantai yang pernah mereka datangi. Sekaligus menjadi tempat di mana Levi pernah membuka dan menceritakan semua kepedihan yang ia rasakan selama hampir sepuluh tahun ini.

Udara pagi hari yang cukup dingin membuat Levi memegang kedua sisi tangannya. Tidak heran kalau ia merasa dingin, gadis itu tidak memakai jaket dan hanya mengenakan baju lengan panjang yang tidak tebal.

“Dingin?” Gerald melihat Levi yang mulai memegangi kedua sisi siku tangannya.

“Lumayan,” jawab Levi sedikit bergetar karena udara dingin yang berhasil menembus kulitnya.

Gerald meraih kedua telapak tangan Levi. Memegangnya dan mengusapnya dengan lembut, memberi kehangatan di sana. Berharap agar Levi tidak merasa kedinginan lagi.

“Gue gak bakal kasih jaket gue, karena gue juga merasa dingin. Siapa suruh lo gak bawa jaket. Udah tahu kalau pagi pasti dingin kan?” ujar Gerald masih memegang kedua tangan Levi.

Menggenggamnya begitu lembut. Sehingga kehangatan yang laki-laki itu berikan mampu membuatnya merasa nyaman dan hangat. Kehangatan ini bahkan terasa sampai ke dalam hatinya.

Levi tersenyum. “Iya, gue lupa.”

Tidak berselang lama cahaya mentari mulai muncul di atmosfer. Rona mentari itu perlahan-lahan mulai menampakkan keindahannya. Suara ombak yang terdengar masih tenang membuat suasana ini semakin terasa untuk dinikmati.

Levi menarik kedua tangannya yang sebelumnya dipegang Gerald. Matanya mulai melihat ke arah terbitnya matahari.

“Sunrise itu indah ya? Dia selalu mampu membuat orang terpanah. Semua orang pasti akan selalu menunggu datangnya dia. Matahari emang beda. Hanya satu, terbit dari satu arah, tapi sinarnya mampu melingkupi segalanya.”

“Bukan hanya itu. Bahkan bunga yang mekar sekali pun, akan selalu menanti datangnya matahari,” sambung Gerald. Ikut memandang matahari yang sebentar lagi akan terbit.

Kicauan burung pun mulai terdengar dengan kompak. Membuat Levi memalingkan pandangannya ke atas langit.

“Gue heran, kenapa ya burung bisa jadi makhluk yang paling konsisten. Selalu on time, datang tepat waktu. Padahal mereka gak pernah mengenal waktu apalagi melihat jam. Tapi selalu datang bersamaan dengan hadirnya matahari.”

D E T A K [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang