~ Happy Reading ~
***
MALAM ini pembukaan festival tahunan DES berlangsung. Arena sekolah mulai ramai dipenuhi dengan tamu undangan. Baik yang berasal dari para orangtua murid, donatur, sampai ketua yayasan dari Danna Empire State International High School pun ikut hadir. Melihat pembukaan festival tahunan yang selalu sukses menarik perhatian banyak orang, juga sekolah-sekolah lain yang ada di Jakarta.
Area gedung theater utama yang menjadi tempat acara pembukaan sudah banyak yang hadir. Kursi-kursi pun sudah tampak terisi penuh. Gedung yang bisa memuat ribuan orang itu dirancang begitu apik, sehingga kesan mewah sangat terlihat jelas.
Para siswa yang menjadi perwakilan dari setiap ekskul seni mulai bersiap-siap di belakang panggung. Pembukaan akan diawali dengan permainan alat musik tradisional angklung dari ekskul musik. Sesuai dengan tema festival DES tahun ini 'Archipelago Art and Culture' maka kesan tradisional nusantara harus ditampakan. Mereka telah bersiap di atas panggung.
“Gila, gila, gila! Gue deg-degan bangett! Gimana dong…” Itu suara Davina yang dari tadi mondar-mandir tidak jelas di ruang tunggu.
“Biasa aja kenapa sih. Lagian lo aneh, bukannya ini yang lo tunggu-tunggu dari dulu. Ikut tampil di pembukaan festival, kenapa sekarang jadi grogi?” tanya Melinda, gadis itu tampak santai duduk di sebelah Levi.
“Abis ini gue yang tampil, gimana gue gak deg-degan coba? Entar kalau gue lupa gerakan gimana? Omaygat bisa malu gue!” seru Davina sambil menggigit kuku jarinya.
“Yaudahlah, santai aja. Bukan cuman lo doang kan yang bakal tampil.” Melinda memutar bola mata malas, merasa jengah melihat Davina yang dari tadi mondar-mandir seperti cacing kepanasan.
Lain halnya dengan Davina yang kini melirik Levi. “Vi, lo gak deg-degan? Gue aja yang tampil bareng-bareng deg-degan, masa lo yang mau tampil sendiri dari tadi nyantai aja sih?” Davina melihat Levi yang tampak santai, cewek itu bahkan tengah asik dengan ponselnya.
Levi menolah sekilas kepada Davina yang berdiri di depannya. “Nggak,” balas Levi ringan, setelah itu kembali pada ponselnya.
“Anjir, sombong amat lo!”
“Davina, ayo siap-siap bentar lagi kita yang tampil.”
Seruan dari arah samping mereka mengambil atensi Davina. Siswi yang terlihat cukup cantik dengan rambut curly itu datang menghampiri Davina dan mengajaknya untuk siap-siap.
“Oke, oke, bentar…”
Davina menarik napas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Hal ini ia lakukan selama beberapa kali sampai ia merasa jantungnya yang tidak bergemuruh lagi. “Ayo,” ajak Davina kepada siswi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E T A K [COMPLETE]
Novela JuvenilHidup bercukupan dan mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya tak lantas membuat Shanata Levi Azzura bahagia menjalani kehidupan sebagai anak-anak normal. Menderita penyakit jantung di saat usianya yang baru menginjak enam tahun, membua...