~ Happy Reading ~
***
Cinta memang kamu, adalah kamu yang menyingkirkan segala ragu. Kemudian tetap memilihmu.— Detak.
SETIAP orang punya rasa bahagianya masing-masing. Entah kapan ia bisa mendapatkan semua rasa itu. Tergantung waktu, kapan dia bisa mendatangkannya. Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang akan dihadapi. Kalau waktu berputar menghakimi, maka semua bisa untuk terlewati.
Kesederhanaan sebuah rasa memiliki banyak makna. Kapan dia akan datang menghampiri. Jangan takut untuk berjuang, tidak ada kata lelah dalam menghadapi segalanya. Karena hidup tidak hanya berporos pada satu tujuan.
Layaknya selembar kertas putih kosong yang masih membutuhkan tinta hitam, agar terlihat bagaimana isinya bisa berguna. Begitu pun dengan hidup dan cinta. Tanpa adanya masalah, arah ke depan enggan untuk memperlihatkan sisinya.
Setelah melewati masa-masa sulitnya selama ini—yang selalu menghantui dia dengan segala rasa bersalah, karena selalu membuat orang-orang yang dikasihinya larut dalam kesedihan—Levi belajar banyak hal.
Bahwa tidak selamanya keadaan sulit akan selalu Tuhan berikan. Akan ada kebahagiaan yang datang, jika kata menyerah dihilangkan. Levi selalu percaya dengan kalimat ini, jalan menuju kebahagiaan itu memang berat. Meskipun begitu, menyerah bukanlah pilihan.
Levi memperhatikan dirinya pada kaca berukuran sebadan. Rok tanpa motif berwarna maron dan jas sebagai atasan, dengan logo kebanggaan DES International High School—menjadi pakaiannya saat ini. Ukiran senyum pun mulai tercetak dari bibir cantik Levi.
Matanya memandang ke tempat tidur. Senyum Levi semakin mengembang, melihat ada tas ransel berwarna cokelat muda—lengkap dengan buku yang telah berjejer rapi di atasnya. Levi mengambil salah satu buku tulis yang telah terbalut dengan pembungkus khusus berwarna maron dengan logo DES.
Dari luar terdengar bunyi ketukan pintu. “Masuk, Ma.” Levi yakin itu pasti Raina—mamanya.
“Udah siap semuanya, Sayang?” tanya Raina sembari meletakkan susu putih yang dibawanya di atas nakas.
Levi tersenyum, kemudian berjalan mengambil susu putih yang dibawa Raina. “Udah, Ma.”
Raina mulai mendekat ke arah Levi. Mengusap lembut kepala putri kesayangan satu-satunya itu. Raina masih menatap lekat Levi yang saat ini sedang minum susu.
“Udah dong, Ma, lihatinnya. Levi jadi malu nih...” tutur Levi sambil membersihkan bekas susu yang ada pada bibirnya menggunakan tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E T A K [COMPLETE]
Novela JuvenilHidup bercukupan dan mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya tak lantas membuat Shanata Levi Azzura bahagia menjalani kehidupan sebagai anak-anak normal. Menderita penyakit jantung di saat usianya yang baru menginjak enam tahun, membua...