52 - Our Heart

20.1K 926 85
                                    

~ Happy Reading ~

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu-satunya hal sempurna yang pernah aku dapatkan di dunia ini dan dapat aku banggakan— adalah menerima cinta yang tulus dari kamu. Tolong jangan pernah untuk berhenti mencintaiku, my wife.

GERALD POINT OFF VIEW.

Shanata Levi Azzura, gadis yang tiba-tiba namanya menjadi populer. Semua orang membicarakan dirinya. Dari mulai teman-teman saya, seluruh anak-anak ekskul, bahkan sampai semua yang memiliki status murid DES, semuanya membicarakan dia. 

Pertama kali bertemu dengan Levi, saat saya dan kedua sahabat saya melakukan rutinitas biasa sebagai seorang siswa ketika waktu istirahat dimulai. Pertama kali menatap wajah Levi, saat Daffin yang tiba-tiba menanyakan, siapa gadis yang datang bersama Carrel dan pacarnya itu. Hanya sekedar melihat beberapa detik, tanpa saling memandang. Jujur ketika itu, saya sempat terpana saat menatap Levi. Wajah Levi begitu familiar di mata saya.

Benar. Itu karena dengan sekali menatap Levi, saya langsung merasa wajahnya begitu mirip dengan gadis kecil berwajah pucat yang pernah saya temui di rumah sakit saat berusia enam tahun. Dan untuk pertama kalinya, saya merasakan jantung saya berdebar dengan tidak normal.

Namun semuanya mulai hilang, saat Levi dengan tiba-tiba menyatakan cinta pada saya di depan banyak orang. Jelas yang saya lakukan pada saat itu adalah menolaknya dengan tegas. Saat itu saya tidak mengenal Levi. Lalu dengan tiba-tibanya Levi menyatakan cinta seperti itu. Jujur, hal ini membuat saya merasa sangat malu.

Shanata Levi Azzura mulai gencar mengejar saya tanpa adanya rasa malu sedikit pun. Bahkan setiap kali berjumpa dengan saya, Levi selalu berteriak 'HAY CALON PACAR'. Saya tahu Levi selalu menulikan telinga ketika mendengar semua cibiran siswi DES yang juga mengidolakan saya. Tapi hal itu membuat saya tidak pernah peduli dengannya.

Merasa risih itu benar. Tetapi sampai membenci Levi, saya tidak pernah merasakan hal ini. Entah karena apa, membenci Levi adalah sesuatu yang sulit bagi saya. Meskipun saya sempat mencobanya. Tapi membenci Levi tidak pernah ada di dalam daftar rasa saya.

Levi mendapatkan kesempatan untuk bisa dekat, kencan, bahkan berpacaran dengan saya setelah saya memberi tantangan padanya menjadi flyer pada pertandingan basket.

Bukan tanpa alasan kenapa saya memilih flyer sebagai tantangan untuknya. Di hari yang sama saat memberi tantangan itu pada Levi, saya sempat melihat adanya gelagat aneh Levi saat dia mengikuti saya ke lantai dua ruangan seni.

Berkali-kali saya melihat Levi yang seperti takut memandang arah bawah tangga. Karena dinding yang membatasi menuju lantai dua terbuat dari serba kaca. Dan saat itu juga saya mengetahui, kalau perempuan tidak punya malu seperti Levi ternyata takut ketinggian. Akhirnya saya memutuskan memberi tantangan itu untuk Levi. Berharap Levi akan gagal, dan berhenti mengejar-ngejar saya.

D E T A K [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang