don't forget to tap the star!💚
🧚
Minju POV-
kak jaemin
Dear Kak Jaemin
Kayaknya aku orang paling bahagia bisa ketemu Kak Jaemin dan i hope aku bs jd orang yang berharga di hidup kakak.
Tapi maaf kak..
Selama ini Minju anggap kakak bukan sebagai saudara/kakak dsb, Minju anggap kakak lebih dari itu.
Minju sayang kak Jaemin, sebagai seorang pacar, bukan sebagai seorang kakak.
Minju bakal pergi dulu kak, tapi pasti Minju balik lagi.
Jaga diri kakak baik baik ya kak.
Makasih atas semuanya kak..
Minju sayang Kak Jaemin:3Dulu, setelah mengirim pesan itu, aku cuma bisa nangis. Aku ikut abang ke Aussie. Jalanin kehidupan yang gak pernah kubayangkan sebelumnya.
Semenjak hari itu, aku benci ulang tahun. Benci. Rasanya, ulang tahun itu cuma tanggal terkutuk yang bikin Mama sama Papa meninggal.
Setelah kirim pesan itu ke Kak Jaemin, aku ganti nomor, buang jauh jauh surel dan semua sosial media yang aku punya. Semua aku ganti dan kuubah, dan aku jadi diriku sendiri.
Di Aussie, aku punya banyak temen, dan syukurlah. Perlahan juga, aku mulai bisa menerima kepergian orang tuaku. Tapi enggak dengan tanggal sialan itu. Aku gak akan pernah lagi ngerayain ulang tahun. Aku gak mau ada yang pergi lagi ninggalin aku.
"Minju, study abang udah selesai. Abang dapet tawaran kerja, di rumah sakit negeri di Jakarta." Ucap abang yang bikin aku rada kaget.
"Adek.. ikut ke Jakarta?" Tanya aku. Sebenernya, Indonesia cukup membuat luka di hidupku. Ya, benar! Selain benci ulang tahun, aku juga benci Bandung.
Kata orang-orang, Bandung itu indah. Ya, memang. Bandung dulu sempat menjadi kota paling indah sebelum menjadi kota yang paling meninggalkan luka.
"Iya, kita bakal tinggal di rumah Papa yang ada di Jakarta. Kamu mulai kemas barang-barang kamu ya, seminggu lagi kita pulang." Jelas abang.
Kenapa? Kenapa harus disaat aku udah mulai nyaman dan mulai terbiasa hidup di Aussie? Disaat aku udah punya banyak teman dan sahabat disini?
"Abang..kita gak bisa..tetep tinggal disini aja?" Tanya aku hati-hati. Abang senyum terus jalan ke arah aku abis itu meluk aku.
"Gak bisa, Minju. Life must go on, dek. Kita masih warga negara Indonesia. Hidup kita bukan disini, tapi di Jakarta. Ayo semangat. Sekolah kamu disana juga bagus kok, sama kayak sekolah kamu disini. Apartemennya nyaman terus deket sama sekolah." Meski dengar penuturan Abang, aku masih tetep ngerucutin bibir. Tapi, kalimat life must go on..kenapa harus sama seperti yang diucapkan Kak Jaemin?
"Ayo senyum. Jelek kalo manyun. Malu sama followers" lanjut Abang sambil nguyel nguyel pipi aku. "Ih gak jelas bawa bawa followers" balas aku.
"Yaudah, malu tau sama subscribers" ucap abang sambil ketawa. "IHHH ABANG!" pekik aku sambil nyubit perutnya.
Dia cuma ketawa keras sambil ngaduh "jangan dicubit atuh, sakit tau" kayak gitu.
🧚
"Minju, are you sure about your decision?" Tanya Grace dengan wajah khawatirnya. Oh iya Grace ini sahabatku di Aussie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqlɑl-Kɑtedrɑl. [✓]
FanfictionKata orang-orang, fase mencintai seseorang yang paling dalam adalah merelakan untuk melepaskan. Teruntuk seseorang yang kucintai begitu dalam, kepada seseorang yang menyebut nama Tuhan yang berbeda, kalau mencintaimu butuh tanda koma, maka aku akan...