btw jangan lupa vommentnya~Semenjak hari itu, keduanya menjadi diam. Tertutup satu sama lain. Canggung.
Karena lebih tepatnya, Anna menampar Jaemin setelah ia mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Chan, gue harus gimana?" Jaemin mengacak acak rambutnya frustasi. Haechan meminum marimas jambunya.
"Bacot goblok. Gak ada manly manly nya banget sih. Ada masalah tuh hadapin, bukan kabur. Kemarin kan lo belom setuju buat putusin Anna. Ya berarti dia masih cewek lo. Perjuangin bangsat. Bukannya bikin gua nambah pusing disini" ucap Haechan, sedikit..hm bijak.
"Dih anjir tumben berguna omongan lo" celetuk Jaemin sambil nyengir. "Bangsat" umpat Haechan lalu menoyor kepala Jaemin.
"Jangan noyor juga dong" protes Jaemin. "Lu tau anjing gak? Anjing nih anjing, kelakuan lu nih kayak anjing" cibir Haechan.
"Tapi, Jaem" Haechan menjeda ucapannya, membuat Jaemin membalas "Apaan?" kepadanya.
"Sesayang apapun sama Anna, jangan pernah ngelepas Tuhan dan keyakinan lo hanya buat dia. Karena yang kecewa bukan hanya gue atau keluarga lo, Jaem. Jesus juga akan kecewa sama lo. Bahkan Bunda Maria pun akan kecewa sama lo." Ucap Haechan dengan nada rendahnya. Kemudian ia bangkit, dan meninggalkan Jaemin yang terdiam dengan hati tertohok.
Anna mundur dari jabatan ketua kelasnya. Awalnya semua temannya tak terima, karena di kelasnya hanya Anna yang waras, dan juga tegas. Tapi akhirnya, tugas diambil alih oleh Junkyu.
"Anna kenapa? Mau cerita sama Aira?" Tanya Aira melihat sedari kemarin Anna tampak tak bergairah. Wajahnya pucat, dan ia tampak seperti banyak pikiran.
"Ra... Aku masih pacar Jaemin gak sih?" tanyanya sendu. Ia benar benar merindukan Jaemin. Meski mereka berada di kelas yang sama, menghirup udara yang sama, tetapi rasanya beda.
Jaemin tidak menatapnya, atau mengajaknya berbicara, seolah mereka adalah orang asing yang tak pernah bertemu dan tak pernah kenal sebelumnya.
"Aira gak tau. Tapi sepertinya kamu masih pacar Jaemin sih, An. Soalnya kan dia belum ngeiyain permintaan kamu buat putus." Aira mengucapkan opininya. "Mungkin dia belum ajak kamu ngobrol karena masih canggung?" Lanjutnya.
Anna menarik nafas lega. "Anna gak mau putus dari Jaemin," ucapnya. "Tapi Anna harus." sambungnya.
Tak lama, Bu Gusniar datang ke kelas untuk menyampaikan informasi. "Untuk anak anak yang ikut OSN atau Olimpiade, hari ini kalian dispen ya. Ibu akan buatkan suratnya. Karena olimpiadenya akan dimulai 3 hari lagi. Untuk yang belum terpilih mengikuti OSN jangan iri ya, masih banyak kesempatan lagi selanjutnya." Ucap Bu Gusniar didepan kelas.
"Baik Buuu!" Jawab anak anak serempak. Hanya ada Anna dan Jaemin yang gelisah. Biasanya, mereka selalu bercanda dan senang ketika mengikuti tambahan untuk persiapan olimpiade. Tapi kali ini, berbeda. Terlebih lagi mereka masih canggung satu sama lain.
"Anna, kamu bagaimana? Kamu yakin mau lanjut OSN? Kamu jangan sampai keletihan ya Nak karena bisa berbahaya untuk kesehatan kamu" Bu Gusniar menatap Anna yang kini tampak resah. Bu Gusniar pikir, Anna terlihat resah karena ia khawatir tentang kesehatannya. Padahal, Anna khawatir tentang dirinya dan Jaemin.
"Ayo, Ca." Panggil Anna pada Bianca. Berusaha mengabaikan Jaemin yang sedari tadi memperhatikannya.
Gue mau banget ajak Anna ngobrol dan minta maaf sama dia. Tapi gak sekarang. Timing nya belum pas. Apa pas pulang sekolah aja ya? batin Jaemin.
Jaemin berjalan gontai mengikuti Bu Gusniar ke perpustakaan, tempat tambahan materi olimpiade.
Anna mengambil kursi yang cukup jauh dari Jaemin. Bukan menghindar, ya meski itu salah satu faktornya, tapi agar ia bisa lebih berkonsentrasi.
Sepanjang waktu penambahan, Jaemin tidak fokus. Netranya terus menatap Anna yang tampak tenang dengan wajah pucatnya.
Sampai Jaemin tidak menyadari bahwa bel pulang sudah berbunyi, menandakan tambahan materi olimpiade mereka akan selesai dalam 15 menit mendatang.
"Ayo, Jaemin. Jangan pengecut. Lo harus minta maaf sama Anna." Monolog Jaemin dalam hati.
🧚
"Baik, anak-anak, tambahan materi olimpiade sudah selesai. Besok adalah penambahan materi terakhir. Jadi, besok kalian akan dispen lagi, ya. Semangat anak anak untuk olimpiadenya. Bapak berharap yang terbaik bagi kalian. Terimakasih, kalian boleh pulang" Pak Bizar tersenyum sebagai tanda mengakhiri kegiatan lalu berjalan keluar dari perpustakaan.
"Anna, gue duluan yah. Kakak gue udah nunggu nih di depan gerbang" Bianca melambai kepada Anna yang masih membereskan alat tulisnya.
"Ah..iya. Hati hati, ya" balas Anna. Bianca mengangguk, "Jaemin gue duluan ya!" Pamitnya kepada Jaemin yang menyenderkan tubuhnya ke rak buku perpustakaan. Jaemin hanya mengangguk tanpa berniat mengucapkan hati hati atau sebagainya.
Begitu Bianca keluar, tinggallah Jaemin dan Anna berdua di perpustakaan. Suasana sangat canggung, tapi Jaemin berusaha menetralkan jantungnya ketika berjalan mendekati Anna.
"Anna.." panggilnya dengan suara beratnya. Anna mempercepat gerakannya untuk membereskan alat tulisnya.
Baru saja ia ingin melangkah ke luar, sebuah tangan mengalung di lehernya. Membuat jantung Anna berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Maafin aku," lelaki bernama lengkap Jaemin Xilavest Katedral itu berkata lirih. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Anna.
"Buat apa?"
"Semuanya. Aku tau, aku emang gak boleh langkahin Tuhan aku. Tapi, you still my girlfriend, right?"
🧚
halo misi numpang lewat kak
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqlɑl-Kɑtedrɑl. [✓]
Fiksi PenggemarKata orang-orang, fase mencintai seseorang yang paling dalam adalah merelakan untuk melepaskan. Teruntuk seseorang yang kucintai begitu dalam, kepada seseorang yang menyebut nama Tuhan yang berbeda, kalau mencintaimu butuh tanda koma, maka aku akan...