19.Lingkaran-rapat

108 10 7
                                    

-Tegar(cover Fadhilah intan)








19.LINGKARAN-RAPAT










Tidak menyukai bukan berarti membenci. Dan cuek bukan berarti tidak punya rasa peduli.
-Karan Azka Ganesha

🕊🕊🕊

"Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh." Bagas si ketua OSIS Smapha membuka rapat perdana mengenai acara Bakti sosial yang rutin dilaksanakan sejak 5 tahun terakhir. Rapat ini dihadiri oleh 11 panitia dan itu termasuk Bagas sebagai ketua dari acara ini.

"Waalaikumsalam warahamatullahi wabarakatuh." Jawab para peserta rapat yang terdiri dari 5 orang kelas XI dan juga 5 orang kelas XII.

"Hari ini saya akan menyampaikan beberapa hal yang akan kita lakukan dalam acara bakti sosial yang sudah berjalan sejak 5 tahun terakhir. Dan saya harap kita semua bisa bekerja sama dengan baik untuk mensukseskan acara ini. Tujuan dari acara ini sangat mulia yaitu untuk membantu siswa dan siswi kurang mampu yang ada di sekolah kita dan sisanya untuk menyumbang di beberapa panti asuhan di daerah sekitar sini." Bagas berpidato dengan sangat berwibawa. Sungguh tidak salah pilih SMA Pandhu memilih Bagas Aradista sebagai ketua OSIS. Sekolah ini cukup maju dibawah pimpinan Bagas sebagai ketua OSIS.

"Sebelumnya saya akan membagi tugas kepada teman-teman sekalian." Lanjut Bagas.

Semua peserta rapat mendengarkan dengan serius. Kecuali Lingka yang sedari tadi mencoba membuka matanya yang terasa berat karena mengantuk. Sepertinya atmosfer semakin dekat yang membuat tubuh Lingka terasa sangat panas. Emang berbeda ya kalau gaul sama anak-anak yang pinter.

"Ini rapat sampai jam berapa sih?" Bisik Lingka pada Karan yang masih fokus mendengarkan Bagas.

"Sampai jam 4 sore." Jawab Karan berbisik juga.

"Aduh lama banget hoammm." Lingka menguap.

Seorang pembina OSIS memasuki ruang rapat. Dia Pak Anton. Salah satu guru killer juga di Smapha. Dia memeriksa orang-orang yang ada di ruangan tersebut hingga pandangannya jatuh pada Lingka. Lingka menunduk.

"Bagas sini kamu." Panggil pak Anton.

"Kenapa pak?" Tanya Bagas dengan sopannya.

"Kamu ngapain ngajak brandalan itu. Mau bikin acara ini hancur?!" Sentak pak Anton sambil melirik Lingka tajam. Andai saja tidak ada Karan disana,Lingka pasti sudah memarahi guru itu. Seenaknya saja menyebut Lingka seorang berandalan.

"Berandalan? Berandalan siapa yang bapak maksud?" Tanya Bagas tak mengerti.

"Itu si Lingka." Jelas pak Anton. Lingka mencoba bersabar.

"Keluar kamu!" Perintah pak Anton dengan tegasnya. Lingka berdiri dan hendak pergi dari ruangan itu tetapi Karan menahannya dengan menarik pergelangan tangannya. Karan menghampiri pak Anton sambil menganggandeng tangan Lingka. Lingka pun tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Karan.

"Keluar kamu berandalan." Sinis pak Anton.

"Bapak bisa gak jaga ucapan bapak?" Kali ini Karan yang berbicara.

LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang