29.Lingkaran-berubah

83 7 0
                                    





29.LINGKARAN-BERUBAH






Semua manusia pernah melakukan kesalahan. Dan semua manusia berhak mendapatkan kesempatan
-Karan Azka Ganesha-

🕊🕊🕊

"Karan pergi pah! Karan gak sanggup kalau papah terus maksa Karan. Karan tertekan pah. Jadi lebih baik Karan pergi dari rumah ini," pamit Karan membawa semua barang-barangnya keluar dari rumah.

"Jangan bawa apapun dari rumah ini," sinis Fadlan menatap rendah putranya itu.

"Oke pah!" karan menaruh kembali barang-barangnya dan pergi dengan tangan kosong.

Karan menghampiri Astrid yang sedari tadi menangis karena melihat suami dan putranya bertengkar sehebat itu.

"Karan jangan tinggalin mamah sayang....hikss....hikss....kamu tega ninggalin mamah...hikss....hikss." Astrid memeluk putranya erat seolah tak merelakan putranya pergi.

"Karan gak pergi dari mamah kok. Karan cuma pergi dari rumah ini saja,"jawab Karan menghapus air mata mamahnya lembut.

"Karan pamit ya mah,"ujar Karan. Tetapi tangannya digenggam erat oleh Astrid hingga membuat hati Karan teriris. Karan tidak bisa melihat mamahnya menangis. Tetapi kelelahan Karan yang membuatnya harus pergi dari rumah ini.

"Karan jangan tinggalin mamah!" teriak Astrid sambil mengejar putranya. Karan tak menengok ke belakang dan terus berjalan cepat meninggalkan rumah agar dia tidak mengurungkan niatnya.

"Maafin Karan mah," gumam Karan yang masih berjalan dengan cepat.

"Puas kamu mas! Kamu bener-bener tega sama anak kamu sendiri! Selama ini dia selalu nurutin semua yang kamu mau! Dasar kamunya yang kurang bersyukur." Astrid membanting pintu kamar dan kembali menangis di dalam kamar. Bagaimana keadaan putranya?

Hari berganti malam. Sedangkan Fadlan dengan tenang bisa tidur nyenyak hingga sebuah panggilan membangunkannya.

Drrtttt

Ditelepon

"Hallo? Apakah ini keluarga dari saudara Karan?"

"Iya,saya papahnya."

"Putra anda mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit umum Fatmawati."

"Baik pak,saya akan segera kesana."

Fadlan memutuskan teleponnya dengan raut wajah yang berubah. Raut wajah santainya tadi berubah menjadi kekhawatiran yang besar.

"Kenapa pah?" tanya Astrid yang juga ikut cemas melihat raut wajah suaminya yang gelisah sekali.

"Karan...mah," ucap Fadlan terbata.

"Karan kenapa pah?!" getir Astrid yang masih terus menangis.

"Karan kecelakaan," berat Fadlan.

"Astagfirallah Karan....hikss...hiksss," isak Astrid memeluk Fadlan yang masih mematung disana.

"Ayo mah kita ke rumah sakit sekarang!" ajak Fadlan langsung menuntun Astrid yang tubuhnya sudah lemas. Hanya mendengar kabarnya saja,Astrid tidak sanggup apalagi harus melihat putranya tak berdaya di rumah sakit nanti.

LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang