[1.8] Amarah

43.3K 2K 128
                                    

Berhenti lebih baik daripada terus berharap

"Lepasin brengsek!"

Ana terus saja meronta melepas cekalan Dirga yang begitu keras. Pria yang bisa dibilang tampan itu membawanya ke sebuah gedung apartment elite.

Hingga mereka tiba di lantai lima belas. Lagi-lagi Dirga menyeret Ana dengan paksa. Alarm bahaya berbunyi di kepala Ana ketika melihat Dirga yang membuka pintu apartment.

"Lepasin sialan!" Pekik Ana.

"Diam! Gue punya sesuatu buat lo!" Perlahan Dirga membuka pintu kamar.

Ana yang baru saja akan menggigit tangan Dirga terhenti. Entah mengapa ia tertarik dengan apa yang ada di hadapannya.

"Kejutan ..." ucap Dirga dengan suara yang dibuat-buat. Tak lupa kamera yang ia pegang entah sejak kapan.

Nafas Ana tercekat merasa tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Kakinya tiba-tiba saja melemas jika saja Dirga tidak sigap menahan pinggangnya mungkin Ana akan terjatuh.

"Ck. Ganggu banget!" Suara serak khas bangun tidur itu berasal dari seorang pria yang baru saja bangun dari tidur pulasnya.

Matanya mengerejap menyesuaikan cahaya yang masuj pada bola matanya. Ia tersentak melihat Ana yang menatapnya kosong.

Wanita yang berada di samping Alvino terbangun. Saat ia mulai sadar iapun tak kalah terkejut melihat dua orang yang berada di ambang pintu.

Senyum Dirga mengembang tanpa perlu dikasih pengembang kue. "Gimana Anatasya Buditama kejutannya?"

Alvino beranjak dari tempat tidurnya. Untung saja ia mengenakan boxer jadi tak perlu repot menutupi tubuh bagian bawahnya.

"An, ini-"

"Ini yang namanya sibuk?" Suara Ana terddngar bergetar. Alvino yang mendengarnya panik. Ia melangkah mendekati Ana, namun Ana malah menjauhinya.

"Ana, lo harus-"

"Gak ada! Gak ada yang harus aku denger!" Ana menutup kedua telinganya dan terpejam.

Dirga hanya bersidekap menonton Ana dan Alvino. Sedangkan Adinda sibuk memakai bajunya.

"Ana ..." suara Alvino melembut.

"NGGAK!!" Pekik Ana. Ia berlari menuju pintu membuat Alvino semakin panik bukan main. Ia mengejar Ana dan beruntung, ia berhasil menangkap Ana dengan memeluknya dari belakang.

Wanita itu terisak. Alvino membalikan tubuh Ana menatap manik mata sang istri dengan lembut.

"Ana, gue dijebak sama si gila Dirga!"

Tak ada sahutan. Ana masih menatap Alvino mencari kebohongan dengan apa yang diucapkan Alvino.

"Tadi Dirga bilang dia bakal nyelakain Adinda. Ya aku panik An. Dia sahabat aku. Saat aku datang, Dirga malah nyuruh aku duduk santai dan memberi aku segelas coffe yang berisi obat.

Aku gak curiga karena dia bilang mau bicara baik-baik sama aku. Dia bilang Adinda sakit dan-"

"Stop! "

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang