[2.7] Yang terlupakan

39K 2K 235
                                    

Sedang tidak ingin serius menjalani sebuah hubungan. Sebab aku pernah begitu, dan nyatanya hanya disia-siakan.

Alvino mengerejapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia merasa tubuhnya begitu kaku dan kepalanya begitu sakit.

Ia menatap sekelilingnya. Rumah sakit. Dan ia teringat dengan apa yang terjadi sebelumnya pada dirinya.

Karena kecerobohannya, ia menabrak pembatas jalan dengan begitu kerasnya. Ia memejamkan matanya dan mencoba mengatur nafasnya kemudian kembali membuka matanya.Ia teringat, tujuan ia ke rumah sakit.

Ana.

Istrinya pendarahan dan harus dibawa ke rumah sakit. Bagaimana keadaannya? Dan sudah berapa lama ia berbaring di rumah sakit? Lalu kemana orang-orang?

Semua pertanyaan itu begitu mengganjal di hatinya. Terlebih dengan keadaan anaknya saat ini.

Ah, ia harus menyusul Ana.

Ia turun dari bankar membawa berjalan ke luar dari ruangannya dengan tertatih tak lupa infusan yang ia bawa.

Saat ke luar dari ruangan, ia melihat banyak perawat yang berlalu lalang. Ia mencegat salah satunya dan bertanya ruang bersalin dan langsung di beri petunjuk oleh perawat tersebut. Meskipun pada awalnya perawat itu menegur Alvino untuk tidak meninggalkan ruang rawatnya, namun melihat raut wajahnya ia merasa tak tega.

Tiba di tempat bersalin, ia langsung bertanya kembali pada seorang perawat.

"Mbak!"

Perawat tersebut terpaku melihat wajah Alvino. Karena memang ia salah satu fansnya.

"Mbak!" Sekali lagi Alvino menyentak.

"Eh ... i ... iya ada apa mas?" Tanya perawat tersebut setelah sadar dari keterpakuannya.

"Ruang rawat atas nama Anatasya Buditama di mana?"

Perawat tersebut langsung melihat ruang daftar pasien yang ia pegang. "Nah ... ruang melati nomor seratus empat puluh lima!" Ucapnya tanpa melihat Alvino. Namun saat ia mendongak, dirinya tak mendapati batang hidung Alvino. Menghilang dalam sekejap.

"Lah, tadi yang nanya siapa dong? Jangan-jangan .... ih serem!" Ucapnya lalu segera pergi.

Di sisi lain, Alvino berdiri di ambang pintu. Matanya tiba-tiba merasa panas melihat Ana tengah menyusui putranya. Hari ini tepat pukul 03:45 Alvino mengeluarkan air matanya setelah sekian lama.

Merasa kehadiran seseorang, Ana mengangkat kepalanya melihat ke arah pintu. Ia terkejut ketika melihat tubuh Alvino yang penuh luka tengah berdiri di ambang pintu.

"Alvi!" Pekik Ana.

Alvino tersenyum tipis lalu menghampiri Ana dengan tertatih karena kakinya yang nyeri.

"Kamu ..." Ucapan Ana tercekat. Merasa tak percaya. Lima hari yang lalu saat Regan mengirimnya pesan tentang keadaan Alvino, Ana syok bahkan ia sempat pingsan hingga beberapa saat. Alvino terselamatkan, namun ia mengalami koma yang kata dokter entah kapan ia akan siuman.

"Anak kita?" Alvino menyentuh helaian rambut putranya dengan gemetar. Ana membiarkan Alvino mengusap rambut anak mereka.

"Mirip sama kamu ..." lirih Ana.

"Semuanya!"

Tiba-tiba dua pasang suami-istri masuk dengan nafas yang tersenggal.

"ALVINO!" Jerit Aisyah. Ia berlari dan langsung memeluk tubuh jangkung putranya.

"Ma ..." Rintih Alvino karena merasa pelukan ibunya terlalu erat hingga menekan beberapa lukanya.

"Kenapa kamu malah pergi?! Kamu belum di periksa dokter tahu! Gimana coba kalau luka jahitan kamu ada yang kebuka!" Omel Aisyah setelah melepas pelukannya.

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang