[1.0] Mother-in-law's request

53.7K 2.2K 23
                                    

-Tak bisakah kita kembali seperti dahulu-

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ana mengerejapkan matanya karena merasa haus. Ia melirik jam yang disimpan di nakas dekat kasurnya pukul tiga dini hari.

Ia baru tersadar bahwa ada tangan kekar yang melilit pinggangnya. Ia merasa geli ketika seseuatu yang menggelitik lehernya, kakinya pun merasa pegal karena tertindih kaki lain.

Sekarang ia baru ingat, bahwa dirinya tengah tidur bersama Alvino- suaminya. Benar saja ucapan Alvino kemarin malam.

"Ish ... geli!" Ana menjauhkan kepala Alvino. Namun, Alvino malah meletakan kembali kepalanya pada ceruk leher Ana dengan kedua matanya yang masih terpejam.

"Awas!" Ana mencoba menyingkirkan tubuh Alvino. Namun, tetap saja laki-laki itu malah mengembalikan tubuhnya seperti semula.

"Iiii ... Awas!!" Ana mulai geram.

"Hmm ... Ca-" gumam Alvino.

Ana manautkan halisnya. Siapa yang Alvino maksud dengan sebutan 'Ca' itu?

"Cacing nyamnyam"

"Shh ... Gilak kamu! Geli iiih Alvino!!" Ana mencoba menyingkirkan kepala Ana dari ceruk lehernya, karena sedari tadi Alvino terus saja menggigit pundaknya.

"ALVINOOO"

Bruk

"Awshh ... anjir sakit!" Pekik Alvino ketika merasakan tubuhnya terjatuh. Ia segera bangun lalu menatap Ana yang kini sudah berdiri di sebrang kasur. "Ngapain lo tendang gue?"

"Situnya aja yang nempel-nempel kaya cicak!" Ana mengusap seluruh tubuhnya.

"Ganggu orang tidur aja! Istri laknat lo!" Alvino kembali membaringkan tubuhnya dan menyelimuti tubuh bagian atasnya yang bertelanjang dada.

"Ish ngeselin jijik!" Ana segera pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum.

Usai meneguk habis air putih, Ana segera kembali ke kamarnya. Namun saat pijakan pertama pada tangga, tiba-tiba lampu padam dan hal itu membuat Ana menjerit histeris.

"BUNDAA!!!"

Alvino yang mendengar jeritan Ana segera turun menghampiri Ana. Tak lupa ia menyalakan senter ponselnya untuk mempermudahnya mencari Ana.

"Hiks ...Bunda-"

Tiba-tiba hujan turun dengan deras bersamaan dengan kilat dan guntur.

"Bunda~ hiks"

Tiba-tiba seseorang merengkuh tubuh Ana. Ia tahu siapa pemiliknya. Ya siapa lagi jika bukan Alvino.

"Suttt ... udah jangan cengeng!" Alvino menepuk pelan punggung Ana.

"Alvi, hiks aku takut!" Ana mengeratkan pelukannya. Membuat kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tubuh Alvino.

"Jangan takut, ada gue disini!" Alvino mencoba membantu Ana berdiri, namun gadis itu enggan melangkahkan kakinya. Dengan gesit, laki-laki itu mengangkat Ana seperti koala.

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang