[1.9] Sorry

43.2K 1.9K 130
                                    

Kita bersama tanpa adanya cinta tulus dari dirimu. Sedangkan aku(?) Hanya bisa bersabar menanti rasa cinta itu hadir dalam hatimu
-Anatasya Buditama

Rasa perih begitu menjalar di pipi kanannya. Ia tertunduk merasa bersalah. Wanita paruh baya di hadapannya menatap Alvino dengan murka.

Alvino lebih memilih kembali ke rumahnya dan menunggu Ana pulang. Namun siapa sangka, di rumahnya sudah ada Adera, Aisyah dan Rio dengan Adinda yang menangis sesegukan.

Alvino tentu marah besar karena telah membuat Adinda menangis. Namun sebelum ia melawan, Adera lebih dulu menampar dirinya sekuat tenaga.

"Kamu tega ... menduakan anak saya!" Ucap Adera dengan nada seraknya menahan isakan.

Alvino tertunduk dalam. "Maaf Bunda!"

"Bisa jelaskan mengapa dia hamil anak kamu?!" Tanya Rio yang melipat Kedua tangannya di depan dada.

Alvino tersentak. Apa yang mereka maksud?

"Jawab Vino!" Tekan Aisyah.

"Dia bukan hamil anak aku, dia-"

"Lalu pantaskah dia tinggal di rumah seseorang laki-laki yang sudah menikah?!" Sela Rio.

"Pa!" Alvino sedikit membentak sang papa.

Rio tersenyum sinis. "Ini hasil kamu jadi seorang aktor, menjadi bajingan?"

"Pa!" Alvino mencoba mempertahankan emosi yang menuncak. Nada dering ponsel Adera mengalihkan perhatian mereka. Terlihat wajah panik, wanita paruh baya itu setelah membaca pesan yang baru saja di kirim.

"Ada apa?"

"Ana ... dia pendarahan!" Lirih Adera. Seketika semua orang yang ada di sana menegang. Termasuk Alvino yang sangat jelas raut wajah paniknya.

"Ana, dia dirawat di mana?" Tanya Alvino.

Adera, Aisyah dan Rio mengabaikan Alvino. Mereka memilih untuk pergi meninggalkan Alvino dan Adinda.

"Pa, Ana-"

"Kamu gak perlu tahu! Urus saja sana selingkuhanmu!" Ucap Rio sebelum benar-benar pergi.

Alvino mengacak rambutnya frustasi. Ini semua karena kecerobohannya. Jika saja ia tidak meninggalkan Ana, mungkin tidak akan serumit ini. Padahal ia dan Ana baru menikah beberapa bulan yang lalu.

"Vin ... " lirih Adinda.

"Mending lo masuk kamar!" Alvino berbicara tanpa menatap Adinsa di belakangnya.

"Aku-"

"Di kamar tamu!" Sela Alvino. Adinda meringis. Ia sadar bahwa dirinya bukan Siapa-siapa Alvino.

"Arghh ..."

° ° °

Sudah satu minggu berlalu. Namun Alvino masih tak kunjung diberi izin untuk menemui Ana oleh orang tua dan mertuanya.

Selama satu minggu pula Adinda mencoba membujuk Alvino yang tak mau makan dan sering mengurung diri di kamar Ana. Adinda sering berfikir 'apakah Alvino begitu mencintai Ana?'

Seperti saat ini, Alvino tengah duduk di depan layar televisi yang menyala. Sudah dua jam Alvino berdiam diri tanpa bergerak sedikitpun, dan tatapannya kosong.

"Vino, makan dulu ya!"

Alvino tetap mengatupkan bibirnya enggan untuk berbicara apalagi menyuap nasi. Jujur, ia sangat menyesal dengan apa yang terjadi.

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang