[2.0] Curhat

43.3K 1.9K 33
                                    


Pertahankan apa yang kita miliki saat ini.

"Bunda jangan bohong!"

Adera mengangkat sebelah halisnya. "Buat apa bubda bohong? Lagi pula, seharusnya bunda gak membiarkan kamu nikah sama si brengsek ini!" Adera menatap Alvino sinis.

"Bunda ..." Kini nada suara Ana mulai semakin melemah membuat Adera sendiri harus mengalah.

"Tasya, bunda gak mau kamu terus-terusan tersik-"

"Aku gak gitu bund, aku bahagia sama Alvi aku ... aku cinta sama Alvi bun!" Ucap Ana memperlambat kalimat terakhirnya. Pernyataan tersebut membuat Adera dan Alvino terhenyak. Mereka berdua tentunya terkejut.

"Jadi ... jangan pisahin Ana sama Alvi ya bun!" Alvino tersenyum tipis. Ia melangkah mendekati Ana mencium kening sang istri dengan lembut. Lalu menatap manik hazel milik Ana.

"Aku gak akan ninggalin kamu!" Gumam Alvino.

Adera menghela nafas. "Oke, tapi awas saja kalau kamu menyakiti Ana lebih dari sebelumnya. Jangan harap kamu akan bertemu dengannya lagi!"

Alvino meneguk salivanya dengan susuah payah mendengar nada tajam yang terlontar dari mulut sang ibu mertua.

"Jadi ... kapan aku pulang?" Tanya Ana memecah keheningan.

° ° °

"Buka mulutnya!"

Ana menerima suapan dari Alvino dengan lahap. Wanita itu kini telah kembali ke rumah mini malis milik Alvino. Alvino menempatkan Ana di kamarnya sesuai permintaan sang istri. Sedangkan kamar Ana tak di pakai.

Masalah Adinda, wanita itu lebih memilih tidur di kamar tamu ketibang di kamar Ana yang menurutnya tidak sopan. Ana mencoba berdamai dengan keadaan dan juga Adinda. Perlahan ia mulai menerima kehadiran model cantik tersebut.

"Udah!" Ana meneguk minumnya hingga tandas. Alvino mengusap lembut rambutnya dengan sayang tak lupa seulas senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

"Cantik!" Gumam Alvino.

"Jadwal kamu sekarang apa?" Tanya Ana di sela keheningan.

Alvino membuka jadwalnya hari ini yang berada dalam ponselnya. "Satu jam lagi syuting buat iklan. Setelahnya ada acara show di salah satu stasiun tv. Malamnya makan malam dengan manager film."

"Sibuk ya?" Ana mendesah kecewa.

"Aku bisa bat-"

"Nggak! Kamu itu aktor, bukan bos perusahan bisnis. Gak bisa seenaknya membatalkan jadwal begitu saja!" Sela Ana.

"Tapi kan-"

"Alvi, bukankah menjadi seorang aktor adalah cita-cita kamu dari kecil?"

Alvino mengangguk.

"Kamu sudah menempuh cita-cita kamu dengan baik, jadi jangan sia-siakan semuanya oke?"

Sekali lagi Alvino mengangguk. Ia merangkak ke samping Ana lalu merengkuh tubuh mungil di sampingnya dengan erat.

"I love you!" Gumam Alvino.

My Husband Is An Actor [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang