28. The Hydra

30 8 0
                                    

Sesuai kesepakatan, Renggo menemui Brandy di markas The Hydra satu minggu setelah Brandy menghubunginya pertama kali.

The Hydra, salah satu kelompok Mafia di Indonesia. The Hydra tidak memiliki ketua, tapi memiliki delapan kepala yang kedudukan sama rata, dimana masing-masing kepala menguasai delapan kota di Indonesia, dan Brandy adalah kepala The Hydra Jakarta Raya.

Setelah Renggo menerima panggilan pertama, Brandy mulai menghubunginya dan mereka menentukan bahwa hari ini, mereka akan bertemu di markas The Hydra.

Renggo membawa serta Aurell dan Robi. Mereka memasuki gedung empat lantai tanpa membawa senjata apapun karena di depan pintu masuk mereka digeledah dan harus menyimpan senjata mereka di luar sebagai tindak pengamanan dari The Hydra.

Renggo memasuki sebuah ruangan dimana ada satu meja besar berbentuk lingkaran dan delapan kursi untuk masing-masing kepala The Hydra.

Satu kursi untuk Brandy kepala The Hydra Kota Jakarta Raya, dan tujuh kursi untuk kepala The Hydra lain yang menguasai Kota Tangerang Raya, Bogor Raya, Bandung Raya, Semarang, Surabaya, Batam dan Bali.

Brandy yang sedang duduk di kursinya seraya berdiri saat melihat Renggo masuk ke ruangan itu dan menjabat tangannya. Lalu Brandy duduk kembali di kursinya dan mempersilahkan Renggo duduk di kursi kepala Tangerang Raya, sedangkan Aurell dan Robi berdiri di belakang Renggo.

"Sebelum kita mulai, lo tau kenapa gue ngundang kesini dan ngasih duduk disitu?" tanya Brandy pada Renggo.

Brandy wanita berusia tiga puluh tahun, seorang kepala The Hydra Kota Jakarta Raya. Rambutnya panjang hitam dan wajahnya cantik dengan kulit putih mulus bagai pualam, tatap matanya tajam dengan alis segaris, hidungnya mancung dan bibir tipis.

"Karena kepala The Hydra bagian Tangerang kosong," tebak Renggo.

"Sesuai dugaan gue, lo bisa baca situasi," ujar Brandy.

"Gue udah mantau pergerakan lo dan Olay. Gue pikir lo ngga akan bisa bertahan karena Wild Liar lebih besar dari Black Ribal, karena selain di Tangsel, mereka juga eksis di Jakarta ...," Brandy menghentikan sejenak ucapannya dan meminta salah satu anak buahnya menuangkan minuman ke gelasnya dan gelas Renggo.

"Tapi dugaan gue salah, karena ketololannya, dia harus digempur dari dua sisi, dan ternyata lo yang bertahan."

Reaksi Renggo sedikit berubah mendengar Brandy sedikit membahas kejadian pemerkosaan Chacha.

"Kebetulan kepala Tangerang Raya kosong dan lo eksis di Tangsel, dimana salah satu wilayah dari Tangerang Raya," lanjut Brandy.

"Jadi lu nyuruh gua kesini buat gabung ke The Hydra?" tebak Renggo.

"Bisa dibilang gitu, tapi sebelum lo join, lo harus bisa buktiin loyalitas lo buat The Hydra,"

"Oke, but sorry to say. Gua belom bilang setuju untuk join ke The Hydra," sindir Renggo.

"Lo ngehina bos gue!!!" bentak Soni lelaki di belakang Brandy.

Mendengar Soni kesal, Brandy hanya mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan anak buahnya.

"Jadi lo nolak penawaran dari gue?" tanya Brandy menopang dagu dengan kedua tangganya di meja dan melihat Renggo dengan tatapan menggoda.

"Gua cuma bilang belom setuju, bukan berarti gua nolak," balas Renggo melihat Brandy terpancing omongannya.

Brandy tersenyum kecil. Dia sedikit tertarik pada Renggo karena bisa menarik ulur pembicaraan dengannya dimana jarang ada orang yang mampu melakukannya.

"Dalam satu bulan, secara bertahap gue akan kirim paket ke markas lo. Kita liat, apa lo orang yang sesuai dugaan gue, atau gue yang terlalu berharap lebih ke lo," tantang Brandy.

Renggo hanya tersenyum dan menatap tajam ke arah Brandy. Tanpa kata Renggo meninggalkan Brandy dan anak buahnya.

* * *

Di dalam mobil Toyota Fortuner Hitam, Renggo melibas Jalan Makasar Raya. Suasana kota Jakarta tetap ramai walaupun hari sudah tengah malam.

"Lu yakin kita join The Hydra?" tanya Robi yang duduk di sampingnya.

"Ada masalah?" Renggo balik bertanya.

"Ngga akan ada masalah buat gua selama itu keputusan dari lu," jawab Robi penuh keyakinan.

"Bagus," ucap Renggo singkat. "Lu ngga ada komentar apa-apa?" tanya Renggo menatap Aurell lewat kaca spion di tengah mobilnya.

"Gue akan selalu ikut dalam permainan," komentar Aurell.

Renggo mengernyitkan dahi mendengar komentar Aurell. Dalam benaknya, dia harus segera mencari tahu siapa Aurell dan permainan apa yang sedang dia mainkan.

Tanpa Renggo sadari, diam-diam Aurell mengirim informasi tentang Renggo yang berniat bergabung dengan The Hydra.

* * *

Di markas The Hydra, seorang lelaki berusia tiga puluh delapan tahun masuk ke ruang meeting menemui Brandy dan duduk di kursi kepala The Hydra wilayah Bogor, sedangkan Brandy berdiri di depan meja penuh botol minuman alkohol.

"Penilaian gua ngga salah kan?" sapa lelaki itu.

"Dia orang yang menarik," sahut Brandy menuangkan minuman ke dua gelas kosong.

"Kalo dia bisa tunjukin loyalitasnya. The Hydra akan semakin besar," ujar lelaki itu menerima gelas dari Brandy.

"The Hydra!!!" seru Brandy mengangkat gelasnya.

"The Hydra!!!" balas lelaki itu ikut mengangkat gelasnya, lalu mereka meneguk habis minumannya bersamaan.

* * *

Sementara itu, di Kota Bandung. Riki yang hanya mengenakan celana pendek duduk dipinggir kasur sambil menghisap dalam-dalam rokok yang dia pegang, membelakangi Sisilia yang sedang berbaring.

"Kenapa yang?" tanya Sisilia mendudukkan tubuhnya.

"Mau sampe kapan kita kaya gini?" Riki balik bertanya.

"Aku lagi tunggu waktu yang tepat buat ngajuin cerai ke Richard," sahut Sisilia.

"Ngga ada waktu yang tepat buat hal semacam itu," balas Riki. "Secepatnya kamu harus ngomong dia," suruh Riki.

"Iya yang. Secepatnya aku bakal ngajuin cerai," sahut Sisilia memeluk Riki dari belakang.

"Aku ngga mau dia sampe tau hubungan ini sebelum kamu cerai sama dia," gumam Riki.

"Dia ngga akan tau, aku janji," desis Sisilia mencium pundak Riki.

* * *

SATU TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang