* * *
Jarum jam menunjukan angka pukul 22:30. Di warung kopi pinggir jalan Ceger Raya, Nadia dan Toni baru saja tiba disana.
"Kopi item sama teh tarik kan?" sapa pemilik warung kopi yang sudah tidak muda lagi.
"Udah apal dia ama kita," ucap Toni terkekeh.
"Siapa yang bisa lupain neng geulis ini si kang," sahut pemilik warkop.
"Inget umur beh," ucap Nadia.
"Umur boleh tua, tapi tenaga bisa diadu sama yang muda neng," goda pemilik warkop pada Nadia.
"Inget bini di rumah beh," ujar Toni
Terbersit rasa kesal di hati Toni saat pemilik warung kopi itu menggoda Nadia, walaupun dia tau pemilik warung kopi itu hanya bercanda.
"Lo yakin dia bakal lewat sini?" tanya Nadia.
"Info yang gua dapet dia selalu ganti rute setiap hari, dan kita udah seminggu disini nungguin dia, gua yakin dia pasti lewat malem ini," jelas Toni.
"Semoga dia lewat," harap Nadia.
Nadia dan Toni sudah satu minggu selalu ke warung kopi itu. Ada rasa sedikit rasa cemburu di hati Toni melihat perjuangan Nadia, Toni berharap apa yang dilakukan Nadia itu untuknya, bukan untuk Rizal.
"Eh... Bukannya lagi ada event PRJ? Lu ngga ikut?" tanya Toni mengalihkan pembicaraan
"Gua ikut PRJ?... Jualan gue udah banyak, kalo gua masih ikut event, kasian sales lain ngga pada jualan." jawab Nadia sombong.
"Sombong banget lu," sungut Toni.
"Bukannya sombong, tapi Om-om kalo udah gue rayu, pasti mau beli mobil," canda Nadia.
"Beli mobil buat lu?" tanya Toni
"Ya ngga lah... Jadi simpenan Om-om dong gue."
"Ya kali gitu, lu kan cantik, semok juga. Om-Om mana yang bisa nolak lu."
"Gue-nya ngga mau, wleee."
"Karena Rizal?"
"Bisa jadi," jawab Nadia singkat.
Toni hanya terdiam mendengar jawaban dari Nadia.
"Gue ngelakuin ini karena Rizal itu temen kecil gue. Orang tuanya udah maafin dia, dan mereka mau Rizal balik. Makanya gue mati-matian nyari dia buat ngasih tau kalo dia udah boleh pulang," jelas Nadia.
"Oh... Kirain." sahut Toni singkat.
"Kirain apa?... Gue suka sama Rizal? Ya ngga lah gila," kilah Nadia.
Hati Toni sedikit tenang dan bahagia mendengar penjelasan dari Nadia. Masih ada harapan untuknya untuk dapat memiliki Nadia.
Setelah lulus sekolah Nadia mendapat tawaran untuk bekerja di salah satu showroom motor berlogo garputala sebagai Sales Counter.
Lapak pertama Riki berjualan berada di lahan parkir showroom motor dimana Nadia bekerja, dan Nadia lah yang menawarkan Riki, Nadia juga yang membantu Riki untuk mendapatkan ijin dari kepala cabangnya.
Dua tahun berlalu, saat Nadia ikut event di PRJ, dia ditawarkan untuk bekerja sebagai Sales Counter di showroom mobil, dan Nadia menerima tawaran tersebut.
Percakapan mereka terhenti ketika seorang pengendara sepeda motor matic yang menggunakan hoddie warna hitam dengan gambar tengkorak dan luka di bawah mata kanannya lewat di depan mereka membawa beberapa nasi box. Pengendara itu adalah Rizal, orang yang sudah satu minggu mereka tunggu kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU TITIK
Ficción General- On Going - #5 In Organisasi 04-05-2020 #28 In Kesetiaan 14-06-2020 #48 In Perselingkuhan 04-05-2020 #69 In Laga 04-05-2020