37. Persiapan

22 4 0
                                    

Dua minggu setelah pertemuannya dengan Brandy, Renggo mengumpulkan semua ketua wilayah di markasnya, meminta mereka mempersiapkan diri menyambut kedatangan paket besar-besaran dari Surabaya.

Renggo meminta Roby memerintahkan gudang beras di dekat markasnya untuk menyamarkan pengiriman paket tersebut yang akan disembunyikan dalam tumpukan beras.

Sedangkan ketua wilayah lain mengawal pengiriman paket tersebut agar sampai ke markasnya tanpa ada gangguan dari pihak kepolisian.

"Lu semua udah pada paham kan tugas lu masing-masing?" tanya Renggo pada anak buahnya.

"Siap bos," sahut anak buahnya serentak.

Setelah mendengar jawaban dari anak buahnya, Renggo duduk di sofa yang menjadi singgasana kerajaan gangsternya.

"Jadi Irish sama Vermouth bakal ikut dateng kesini?" tanya Aurell setelah Renggo selesai memberi instruksi pada anak buahnya.

"Iya, ada masalah?" Renggo balik bertanya.

"Ngga sih, cuma---,"

"Cuma apa?" potong Renggo.

"Irish ikut ngawal pengiriman paket, it's oke, itu wajar. Tapi Vermouth? Buat apa dia ikut dateng kesini?" tanya Aurell penasaran.

"Gua juga ngga tau. Brandy bilang dia cuma mau ngunjungin markas kita," jawab Renggo.

"Buat?"

"Mungkin mau rekrut lu jadi artisnya," sahut Renggo terkekeh.

"Jadi, lo rela gue jadi anak buahnya?" tanya Aurell cemberut.

"Bercanda sayang, sini duduk," pinta Renggo sambil menepuk paha sebelah kanannya dan Aurell menurutinya.

"Gua ngga bakal rela lu disentuh sama cowo lain. Kalo ada yang berani macem-macem sama lo, gua injek Batang lehernya," rayu Renggo saat Aurell duduk di pangkuannya.

"Hilih, buaya," sindir Aurell.

"Lu tau ngga, kalo buaya itu salah satu hewan setia. Dia cuma kawin sama satu betina seumur hidupnya. Kalo betinanya mati, dia ngga bakal mau kawin sama betina lain," jelas Renggo mengoreksi sindiran Aurell.

"Iya kalo buaya air, kalo lo kan buaya darat," sahut Aurell tidak tergoda rayuan Renggo.

"Yah dia ngga percaya," ujar Renggo menyentil kening Aurell.

"Ngga! Gue ngga percaya semua gombalan lo!" tolak Aurell mengusap keningnya yang disentil Renggo.

"Iya deh, semerdeka lu aja," sungut Renggo meminta Aurell berdiri lalu berjalan menuju lemari minuman koleksinya.

"Siapa yang berani buka Chateau Petrus 1978 gua ?!!!" teriak Renggo melihat botol Chateu Petrus 1978 koleksinya kosong.

Tanpa suara, semua ketua wilayah serempak menunjuk ke arah Aurell, sedangkan Aurell hanya merespon dengan cengir kuda tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Lu ...!!!" sentak Renggo tidak meneruskan ucapannya karena menahan emosinya pada Aurell.

"Maap sayang, ngga sengaja kebuka," kelakar Aurell melihat wajah merah Renggo.

"Kenapa lu buka?!" tanya Renggo.

"Karena lo main sama Brandy disana!" sahut Aurell sengit membuat semua ketua wilayah menatap ke arah mereka.

"Tapi itu kan kita belom jadi!" bisik Renggo menahan emosi dan suaranya agar tidak terdengar ketua wilayah lain.

"Iya, tapi saat itu ...," Aurell tidak meneruskan kalimatnya, sedangkan Renggo, seketika wajah merahnya menghilang mendengar jawaban Aurell yang belum selesai.

SATU TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang