05. Baik-baik di dalam

97 38 8
                                    


* * *

Satu Minggu semenjak peristiwa pengeroyokan Riki, kondisinya mulai membaik. Dia sudah siuman dan sudah bisa diajak berbicara. Karena kejadian tersebut banyak rumor yang bertebaran, tapi bukan perihal yang dialami Riki melainkan peristiwa diserangnya pelajar SMK Alvita Jaya.

Rumor yang tersebar SMK Pelita Bangsa dan SMK Trijaya Utama yang menyerang basecamp pelajar SMK Alvita Jaya.

Toni yang mengetahui persis kejadiannya ingin sekali meluruskan rumor tersebut namun Rizal memintanya untuk tutup mulut karena dari rumor yang beredar salah satu pelajar SMK Alvita Jaya mengalami koma selama empat hari dan meninggal di hari kelima karena kerusakan yang diterima di kepalanya. Dan pihak kepolisian sedang memburu siapa saja yang terlibat aksi penyerangan tersebut.

Pagi itu di SMK Pelita Bangsa terlihat suasana yang mencekam. Selain karena rumor yang beredar, disaat bersamaan siswa kelas XII menjalani ujian Try Out, ujian uji coba sebelum kelas XII menghadapi Ujian Nasional.

Ditengah sunyi nya kelas tanpa terduga seorang anggota polisi masuk ditemani kepala sekolah berjalan menuju meja Rizal, dengan segera polisi itu memborgol kedua tangan Rizal. Menurut penuturan saksi mata kejadian, Rizal salah satu pelaku aksi penyerangan terhadap pelajar SMK Alvita Jaya.

Nadia yang melihat sahabatnya diborgol mencoba memberi pembelaan namun tak digubris oleh polisi dan kepala sekolah memintanya untuk tenang.

Nadia semakin putus asa saat dia bertanya pada sahabatnya bahwa bukan dialah pelakunya. Namun tak ada jawaban maupun pengelakan. "Lu diem aja, ini bukan urusan lu!" hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut sahabatnya.

* * *

Rumor tentang penyerangan SMK Alvita Jaya juga diketahui oleh Noval, begitu pula berita penangkapan Rizal yang menyebar dengan sangat cepat. Noval segera menghubungi Gilang dan memintanya untuk bertemu di SMK Pelita Bangsa, di sana Nadia dan Toni sudah menunggu kedatangannya.

"Anjing!!! kenapa bisa ketauan kalo si Rizal yang nyerang, Rumornya kan mereka diserang dua sekolahan!!!" Ucap Noval kesal.

"Mereka malu kalo sampe anak-anak tau yang nyerang cuma gua ama dia," sahut Gilang.

"Bener. Bocah gua juga pada heran kapan mereka diserang karena ngga ada instruksi buat nyerang," Toni menimpali.

"Dan kenapa soal Riki disayurin malah ngga ada ceritanya?!!!" tanya Noval lagi

"Ngga mungkin mereka nyeritain hal itu, bisa kena juga mereka," sahut Gilang.

"Kenapa ngga ada yang nyeritain ini ke gue dari awal? Lo juga Nov, lu tau kan ceritanya? Kenapa ngga bilang Ama gue?" tanya Nadia menyalahkan mereka semua.

"Lo pikir bisa nahan emosi Rizal soal Riki? Noval yang lagi demam aja bela-belain dateng walaupun akhirnya kena tampol si Rizal," sahut Novi membela diri.

Nadia hanya terdiam mendengar jawaban dari Novi. Dia sadar walaupun kadang Rizal selalu menuruti apapun keinginannya tapi soal teman, apalagi sampai pengeroyokan. Rizal tidak akan diam saja.

"Trus kita gimana? Orang tuanya marah banget, dia udah ngga dianggap anak waktu gue ngasih kabar ke mereka," ujar Nadia

"Gua akan cerita ke bokap, minta bantuan dia. Lu Val, ceritain semuanya ke bokapnya Riki, siapa tau dia juga mau bantu. Lu juga nemenin Noval," pinta Gilang ke Noval dan Toni.

"Iya," jawab Noval dan Toni serempak.

"Sekarang kita jenguk Riki dulu, jangan ada yang cerita soal Rizal sampe dia sembuh. Gua takut dia merasa bersalah malah makin down kondisinya, gua jemput Chacha dulu, kita ketemu disana," ucap Gilang

* * *

Dua Minggu setelah penangkapan Rizal. Gilang, Noval dan Nadia menjenguknya ditemani Ayah Gilang dan Ayah Riki, juga seorang pengacara yang dimintai tolong oleh Ayah Gilang untuk membantu proses hukum yang berjalan.

Sejak peristiwa penangkapannya, Orang tua Rizal sama sekali belum menjenguknya, walaupun orang tuanya sudah diberi kabar oleh Nadia.

"Gimana kabar lu?" tanya Gilang saat bertemu Rizal.

"Lu liat sendiri, masih utuh," jawab Rizal santai.

"Mereka masih tanya soal siapa yang ikut penyerangan?" tanya Ayah Gilang.

"Masih Om, tapi tenang aja, saya ngga akan sebut nama Gilang, biar saya aja yang nanggung," jawab Rizal.

"Pokoknya lu ceritain semuanya ke temen om, dia bakal bantuin," suruh Ayah Gilang.

"Iya Om," sahut Rizal

"Gimana kabar bokap sama nyokap?" tanya Rizal pada Nadia

"Mereka baik-baik aja, tapi masih marah ama Lo. Mereka belum jenguk Lo kan?"

"Belum, mungkin nama gua udah dicoret dari kartu keluarga, hehehe,"

"Jangan sembarangan kalo ngomong!" sahut Nadia sambil menjitak kepala sahabatnya dan hanya direspon senyuman palsu oleh Rizal.

"Kamu kalo butuh apa-apa ngomong aja, pakde pasti bantu," ucap Ayah Riki prihatin melihat kondisi Rizal yang bersedia membalas perbuatan mereka yang sudah melukai anaknya.

"Iya pakde," jawab Rizal singkat.

Sisa waktu berkunjung digunakan Rizal untuk menceritakan kronologis kejadian dan alasan kenapa dia melakukan penyerangan terhadap pelajar SMK Alvita Jaya pada pengacara yang akan membantunya.

* * *

Suasana ruang sidang nampak mencekam saat jaksa penuntut umum membacakan tuntutan terhadap terdakwa dengan pasal berlapis, yaitu pasal pembunuhan berencana dan pasal penggunaan senjata tumpul dengan hukuman masa kurungan lima belas tahun penjara. Namun kuasa hukum terdakwa mengajukan permohonan banding pengurangan masa tahanan terdakwa dengan alasan bahwa terdakwa masih berstatus pelajar.

Setelah ketua Hakim mempertimbangkan tuntutan jaksa penuntut umum dan permohonan kuasa hukum dari terdakwa dan pembelaan dari terdakwa. Ketua Hakim mengetuk palu dan memutuskan bahwa terdakwa divonis lima tahun penjara.

Ruang persidangan seketika riuh karena keluarga korban tidak terima dengan vonis yang diberikan oleh Ketua Hakim. Mereka menatap marah kearah Rizal seakan ingin menerkam dirinya. Berbeda dengan keluarga korban, rasa sedih tergambar diraut wajah Rizal ditambah rasa kecewa karena orang tuanya enggan menghadiri persidangannya. Begitu pula dengan Gilang, Noval dan Riki yang sudah pulih, mereka tak kuasa menahan rasa sedih karena harus berpisah dengan salah satu sahabatnya.

Saat Rizal akan dibawa keluar dari ruang persidangan mereka menghampiri sahabatnya untuk memberi dukungan bahwa mereka akan selalu ada dan menanti kebebasannya.

"Apapun keadaan lu, apapun yang terjadi sama lu, kita tetep sahabat sampe kapanpun," ucap Gilang memberi semangat kepada Rizal dan diikuti oleh Noval dan Riki sambil memberikan pelukan.

"Baik-baik di dalem ya Zal, anggap ini jadi pelajaran buat lu," Ayah Gilang menimpali.

* * *

SATU TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang