"Pangeran tidak sadarkan diri!!" Teriak salah seorang pelayan ketika melihat Arthur sudah tergeletak di depan pintu belakang, tidak jauh dari tempatnya mengobrol dengan Alex tadi.
Tabib istana memeriksa keadaan Pangeran setelah tubuh jangkungnya di rebahkan diatas ranjang "Dia hanya kelelahan. Kemungkinan karena terlalu banyak pikiran, jadi seperti ini. Aku akan menyiapkan obat herbal agar membuatnya cepat sadar, kalian jangan khawatir." tabib itu menunduk permisi dan berlalu keluar dari kamar Arthur.
Juliana mendekat, lantas duduk di bibir ranjang putranya. Sebagai seorang ibu, pasti selalu merasakan apapun yang anaknya rasakan, Juliana sudah bisa melihat dari raut wajah Arthur yang terlelap dengan damai jika dilihat orang lain. Tapi yang ia lihat tidak seperti yang orang lain lihat, raut wajah itu menunjukkan kecemasan, walaupun sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Robert, jangan paksa dia untuk menikah dulu sampai Alana ditemukan," ujar Juliana sembari mengelus dahi putranya. Ia ingat akhir-akhir ini pembicaraan suaminya selalu terkesan memaksa Arthur.
"Kau sependapat dengannya, dengar ya, kalau anak kita tidak segera menikah maka kerajaan ini tidak akan berpindah kepemimpinan. Aku sudah tua Juliana, rakyat butuh pemimpin baru yang lebih muda dan dapat diandalkan untuk segala urusan,"
"Tapi kalau kau menikahkan Arthur dengan gadis lain dia juga tidak akan bahagia,"
Sang Raja menarik pergelangan tangan istrinya agar berbicara di luar kamar Arthur. Mereka pergi ka balkon istana "Bukankah kau tau sendiri, siapapun yang berada di hutan hingga malam hari tiba, maka dia tidak akan selamat. Sekalipun jika Alana diculik, maka penculiknya juga pasti tidak selamat,"
"Jadi kau tetap akan menikahkan Arthur?"
Raja mengangguk mengiyakan "Aku juga sudah berbicara dengan keluarga di Kastilia. Raja Kastilia menyuruh kita agar merelakan kepergian Alana, mereka tidak apa-apa jika Arthur menikah dengan orang lain. Karena mereka juga percaya Alana sudah mati, apalagi berhari-hari tidak pulang, hal itu semakin membuat mereka percaya kalau Alana sudah tiada,"
"Kemarin Kastilia juga sudah mengadakan acara pemakaman tanpa jasad untuk Alana. Tapi kita tidak mungkin melakukan itu di sini, mengingat Arthur masih tidak percaya jika Alana sudah mati." tambah Raja Robert.
"Aku masih tidak habis pikir, siapa yang berani-beraninya membuat calon permaisuri Aragon menghilang dalam semalam, karena ini pasti ulah yang disengaja." ujar Ratu. Mengingat tidak mungkin jika Alana hilang secara tiba-tiba dengan sendirinya, pasti ulah manusia.
---
"Anna sudah berada dalam ruang perjalanan waktu. Cukup lama, mengingat aku memasukkannya ke tahun 1402 Masehi," ujar James yang duduk menghadap komputer besarnya. Mesin pencarian ini masih berbentuk kuno, sebab menggunakan jenis komputer tabung.
Celine sudah menangis, bagaimanapun dia tetap tidak bisa membiarkan Anna sendirian, baginya Anna adalah putri kecil yang masih sering ia gendong seperti dulu.
"Dia akan baik-baik saja, Anna itu bukan gadis biasa. Dia menguasai pertahanan diri, jadi kau jangan seperti ini," Lucas menenangkan istrinya "Apa kau mau Anna dikembalikan lagi saja?" Celine menggeleng pelan.
"Aku tidak apa-apa. Biarkan dia belajar hidup dengan baik," ucapnya lirih.
Hentakan langkah terburu-buru memasuki laboratorium James, masih dengan balutan seragam sekolah, gadis itu terengah-engah "Ayah, siapa yang melakukan perjalanan waktu?"
"Temanmu, Joanna," James menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut putrinya, Lili.
"Kenapa?" Tanya Lili lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Prince [] Hyunjin
FantasyCOMPLETED "Terima kasih untuk Pangeran Arthur dari masa lalu," Lorong waktu itu ada, mesin waktu pun ada. Hanya saja tersembunyi karena bahaya mengancam jika banyak orang mengetahui keberadaannya. (Fantasy-science fiction(fanfiction) series) MEET TH...