Bab 3

539 51 0
                                    

Menutup diri bukan karena sombong, tetapi karena ingin mempertahankan hati.

Rahman ingin mengoper bola basketnya ke arah Reza, tapi entah kenapa lemparannya meleset jauh dan akhirnya mengenai kepala seseorang.

Dengan gerakan cepat Rahman pun menghampiri orang tersebut untuk minta maaf, dia melihat seorang perempuan memakai khimar yang panjang sedang memegang kepalanya. Rahman ingin membantunya tapi Maya mengkode dengan kata tidak kepada Rahman dan Rahman tahu artinya.

"Atika, kamu gak papa?" Tanya Maya hati-hati, Atika mengangguk menjawab.

"Maaf, gue gak sengaja ngenai kepala lo, tadinya gue mau oper ke Reza tapi malah meleset ke sini" ujar Rahman tulus.

"Gapapa" ucap Atika lalu pergi begitu saja dengan Maya tanpa mendengarkan ucapan Rahman yang belum sempat dikeluarkannya.

"Main pergi aja, untung gue minta maaf" gerutu Rahman lalu mengambil bola basket dan melemparkannya ke arah lapangan dan berlalu pergi dari situ.

"Eh man, lo mau kemana? Kita belum selesai main" teriak Reza saat Rahman berlalu pergi.

Rahman tidak menanggapi Reza, entah kenapa mood nya buruk setelah Atika hanya menjawabnya dengan kata *gapapa* padahal ada apa-apanya.

"Kenapa dia?" Tanya Refan bingung kepada Reza.

"Mana gue tahu,kepoin kuy!" Ajak Reza dan dibalas anggukan oleh Refan dan Ravi.

"Man, bidadari ngomong apa sama lo tadi?" Tanya Refan saat Rahman meneguk air. Setelah selesai dia menutup botolnya dan melemparnya ke arah tempat sampah.

"Gapapa" jawab Rahman jujur. Reza,Refan, dan Rafi mengernyitkan dahi.

"Gapapa gimana?" Tanya Reza bingung.
"Ya gapapa, lo pada kan nanya dia ngomong apa, ya cuma gapapa" ujar Rahman.

Ravi menertawakan Rahman yang sebelumnya belum pernah diacuhkan oleh perempuan.

"Gak lucu!" Ketus Rahman membuat Ravi menutup mulutnya rapat.

"Yaudah, kelas yuk. Gue mau tiduran" kata Reza.

Semuanya pun kembali ke kelas mereka, tidak sedikit orang menyapa mereka, terlebihnya menyapa Rahman. Yang disapa hanya memasang muka datar, mungkin karena efek gak mood.

Dilain tempat, Maya sedang memberikan obat sakit kepala kepada Atika sambil mendumel sendiri sehingga membuat Atika terkekeh walaupun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Tu anak kerjaannya buat masalah... terus, heran gue dia gak jera-jera. Mentang-mentang anak kepala sekolah, buat dia sok berkuasa disini " kesalnya yang membuat Atika mengerutkan keningnya saat Maya menyebut anak kepala sekolah, berarti anak pak Abdul.

"Gak papa may, ini juga udah mendingan kok. Dia kan juga udah minta maaf" ucap Atika.

"Bisa jadi pencitraan doang ka, bisa jadi dia sengaja kan".

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang