Aku mungkin seakan tidak peduli.
Tapi percayalah aku selalu berdoa agar kau adalah orang terakhir yang menjadi pelabuhanku.•
•
•
Mempercayai orang asing bukan hal yang mudah bagi Atika. Karena akhir-akhir ini ia sangat menghindari orang asing.
"Kau berpikir aku adalah orang asing?" Tanya seorang wanita paruh baya kepada Atika. Atika hanya diam tidak menjawab, tetapi matanya membalas menatap wajah wanita itu.
"Ehem.. aku tau kau tidak mengenaliku, tapi mungkin kau kenal dengan kakak ku Heri" ujar wanita tersebut. Darah Atika berdesir mendengar nama itu, nama yang sudah lama ini tidak pernah terdengar di telinganya.
"Dari raut wajahmu, aku tau kau mengenalnya Zahra" ucap wanita itu tersenyum menatap wajah pucat Atika.
"A..aku harus per.. pergi, permisi" pamit Atika langsung berlari meninggalkan wanita paruh baya itu yang sedang tersenyum menatapnya.
"Apa wajahku sangat menyeramkan sehingga membuatnya pucat seperti itu?" tanya wanita itu pada dirinya sendiri.
"Sampai jumpa Atika", ucapnya lalu berlalu pergi dari situ.
Sedangkan Atika masih terus berlari tanpa menoleh ke belakang, yang dia pikirkan adalah jalan pulang, ya hanya itu.
Setelah sampai didepan gerbang panti, Atika langsung berlari masuk ke dalam dengan nafas ngos-ngosan. Bu Rini yang melihatnya terheran-heran.
Atika mengunci dirinya di dalam kamar, seolah tidak ingin keluar menemui siapapun.
Tok..tok..tok.. suara ketukan pintu membuat Atika terperanjat kaget.
"Atika.. buka pintunya!" Seru Bu Rini dari luar kamar dengan nada khawatir.Setelah mendengar itu adalah suara Bu Rini, Atika bernafas lega dan berjalan menuju pintu untuk membukanya.
"Kenapa pintunya dikunci? Dan kenapa dengan wajahmu. Kamu terlihat sangat pucat"tanya Bu Rini secara beruntun.
Melihat wajah khawatir Bu Rini membuat Atika tersenyum lalu memeluknya. Bu Rini bingung dengan sikap Atika. Bu Rini mengusap kepala Atika lembut "ada apa, apa kamu mau bercerita dengan ibu?". Tanya Bu Rini membawa Atika duduk di pinggir kasur.
"Aku tadi bertemu dengan seorang wanita, dia bilang dia adalah adik dari ayah kandungku" jawab Atika jujur.
"Apa dia melakukan sesuatu kepadamu sehingga membuat kamu lari terbirit-birit?" Atika menggelengkan kepalanya menjawab.
"Lalu?" Bingung Bu Rini.
"Aku hanya takut" jawab Atika menundukkan kepalanya. Bu Rini tersenyum lembut mendengarnya." Kamu sudah besar nak. Kamu bisa menilai seseorang, tapi jangan pernah berpikiran buruk tentang seseorang terlebih dahulu" ujar Bu Rini menasehati.Atika menatap mata Bu Rini "apa ibu tidak khawatir?" Tanya Atika. Bu Rini terus "kenapa? Ibu senang kamu bisa bertemu keluargamu yang lain, tapi ibu akan khawatir bila kamu dilukai. Jangan souzdon dulu terhadap orang lain, siapa tau dia punya niat baik kan.
Kamu juga gak ada salah apa-apa kepadanya" ujar Bu Rini.Atika membenarkan perkataan Bu Rini, tapi karena akhir-akhir ini dia merasa di terror oleh seseorang sehingga membuatnya takut bertemu dengan orang asing.
~~~
"Gue menang!!" Seru Refan berhasil mengalahkan Reza bermain game. Reza memutar bola matanya malas mendengar Refan yang terlalu berlebihan. Refan meloncat-loncat dan menggoyangkan bahu Ravi yang sedang asik mengunyah cemilan. Dia sangat bodo amat dengan kelakuan sahabatnya yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahman Atika||END
Teen FictionAtika, gadis cantik yang sederhana dikenal dengan keramahannya membuat banyak laki-laki terpikat padanya. Tapi karena ilmu agama yang dia teguhkan sehingga membuat orang segan untuk dekat dengannya. Rahman, cowok yang menggelar tinggi status MOST WA...