Bab 10

440 40 0
                                    

“Jangan merasa derajat lebih tinggi dari yang lainnya sampai kau tahu kedudukan kita di akhirat”

Semua siswa berlari cepat ketika bel sekolah sudah berbunyi nyaring. Mereka berkumpul untuk mendengarkan pidato yang bagi mereka hanya membuang-buang waktu saja sebelum ujian dimulai.

Maya menepuk pundak Atika pelan. Meskipun pelan tetap saja membuatnya terkejut. Atika meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya tanda menyuruh Maya untuk diam. Maya hanya menganggukkan kepalanya. Baginya Atika itu sangat polos. Lihat saja, tidak beberapa orang yang fokus ke arah pak Abdul yang berpidato. Mereka asik mengobrol dan hal lainnya. Hanya Atika yang begitu fokus mendengarkan pidato pak Abdul.

Atika pernah bilang bahwa menghargai adalah salah satu kunci agar kita juga dihargai. Seperti mendengarkan pidato yang disampaikan oleh kepala sekolah mereka saat ini.

15 menit berlalu.

Yang sudah mantap dengan belajarnya pasti siap untuk mengahadapi ujian akhir. Yang belum siap ada banyak kemungkinan yang terjadi. Seperti mencontek dan membuat jimat. Jangan ditiru ya! Kejujuran adalah hal yang menunjukkan siapa kita sebenarnya.

Maya dan Atika berpisah ruangan karena nama mereka yang juga berjarak jauh. Setelah semua siswa disiapkan dan berdoa, pengawas pun membagikan kertas jawaban dan soal.

Atika membaca bismillah di dalam hatinya dan berdoa semoga dimudahkan menjawab pertanyaan di soal itu.

Dipertengahan ujian, suara bisik-bisik mulai terdengar. Sedangkan Atika tetap fokus ke lembar jawabannya.

60 menit berlalu terasa begitu cepat. Atika membaca Alhamdulillah karena sudah selesai menjawab soalnya tepat waktu.

~~~

Risih. Itulah yang dirasakan Atika saat ditatap terus terusan oleh Reza. Meskipun jarak mereka bagitu jauh dari pojok ke pojok, tapi Atika tetap merasakan kalau Reza terus menatapnya. Tanpa alasan jelas.

Atika bukanlah cewek yang suka ditatap oleh seorang yang bukan muhrimnya. Apalagi ditatap begitu intens oleh seseorang. Reza seperti penguntit saja.

Refan mendorong bahu Reza saat tahu Reza terus menatap Atika tanpa henti.

"Suka ya suka aja. Gak perlu juga natapnya gitu amat !" Seru Refan membuat Reza mengalihkan pandangannya.

Dia sadar bahwa dia salah menatap Atika terus menerus. Membuat bidadarinya itu jadi risih.

"Lo yakin gara-gara cewek lo bersaing sama sahabat sendiri? " Tanya Refan.

Reza menyesap capuccino sebentar lalu menatap Refan.

"Gue ikhlas" jawaban Reza membuat Ravi dan Refan mengernyit bingung.

"Yang tadi terakhir kalinya gue natap penuh harap sama dia" kata Reza membuat Refan menggaruk tengkuknya karena kata-kata sahabat nya itu terlalu...lebay kah?

Sedangkan Ravi menatap Reza dengan wajah terbengong. Entah kenapa akhir-akhir ini sohibnya agak rada gimana gitu.

"Maksudnya lo nyerah buat dapetin Atika?" Tanya Refan memperjelas.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang