Bab 16

343 34 0
                                    

Menjadi orang yang memendam rasa akan tersiksa jika tawa itu berasal dari seseorang wanita yang ia puja.


Tidak ada yang lebih indah dari apa yang saat ini dia saksikan. Sunset adalah salah satu hal yang membuat hatinya tenang dan bahagia. Dia tau sunset memang akan pergi, tapi ia pasti kembali.

"Kenapa orang banyak beranggapan bahwa sunset itu hanya indah sementara, padahal mereka juga akan melihatnya kembali esok" ujarnya.

"Karena mungkin mereka punya pendapat tersendiri. Tidak seperti apa yang kita pikirkan." Jawab sosok lelaki disampingnya.

"Jika suatu hari aku seperti sunset. Aku ingin kamu menyaksikan adegan itu sambil tersenyum."

"Kau tidak seperti sunset Hani. Tapi kau seperti sunrise, yang datang menyinari kembali saat berawalnya hari".

"Hahaha.. ternyata kamu juga bisa merangkai kata-kata. Ayok pulang, hari sudah mulai gelap. Kita harus melaksanakan sholat magrib" ujarnya langsung berdiri dari duduknya.

"Tunggu Hani". Hani menoleh dengan pandangan bingung.

"Jangan pergi terlalu cepat. Kau harus bertahan" ujarnya. Hani terdiam mendengarnya. Lalu kemudian dia tersenyum dan mengangguk.

"Hai sayang... Kenapa tak kau bawa saja pantainya agar kita tidak perlu capek-capek kesini?" Seru papa tercintanya bersandar di pintu mobilnya.

Hani terkekeh geli mendengar papanya itu.
"Kalau bisa udah dari dulu kali paaaa" balasnya.

Heri membawa putrinya kedalam pelukannya. "Andaikan pantai bisa dibeli. Papa pasti beliin buat kamu".

"Papa ada-ada aja. Yok sholat dulu" ajaknya.

~~~

"Ayo semuanya ngumpul buat lingkaran, kita ngaji dulu" kata Atika mengumpulkan adek-adeknya.

"Kak.. si Ebi katanya gak mau ngaji dulu" adu Dira salah satu anak panti.

"Lhohh.. kenapa ebi? Gak mau masuk surga ya?" Tanya Atika menghampiri Ebi.

"Gio ambil Qur'an Ebi kak. Jadi Ebi gak mau ngaji" jawabnya sambil cemberut.

Atika menatap Gio yang cengengesan. Ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah adek-adeknya itu.

"Gio.. Qur'an kamu mana? Kok ambil Qur'an Ebi?".

"Qur'an Gio dirobekin sama Ebi kak, makanya Gio ambil Qur'an dia" jawabnya.

"Ebi gak sengaja kok kak. Ebi udah minta ma'af" balas Ebi.

"Gio..tuh Ebi bilang gak sengaja. Kenapa gak dimaafin? Nanti Allah marah lhoo sama Gio. Gio mau dimarahin sama Allah?". Gio menggelengkan kepalanya cepat.

"Nah gitu.. sekarang Gio kasih Qur'an Ebi, ambil Qur'an Gio yang robek dulu. Nanti kita beli lagi ya" bujuk Atika. Gio menganggukkan kepalanya dan memberikan Qur'an Ebi.

Bu Rini tersenyum melihatnya. Atika selalu sukses menenangkan adik-adiknya yang bermasalah.

"Mari nak Yusuf, Atika lagi ngajarin adek-adeknya ngaji. Sekalian aja nak Yusuf gabung" ajak Bu Rini. Yusuf mengangguk ramah dan bergabung bersama anak-anak panti yang sedang mengaji.

"Kak Yusuf disini juga" seru Iki saat melihat Yusuf. Kepala Atika pun refleks menoleh saat nama Yusuf disebut.

Ternyata benar, Yusuf tersenyum ramah saat melihat anak-anak datang menyerbunya. Jadilah lingkaran yang dibuat bubar.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang