Bab 8

523 49 0
                                    

“Kuharap semua doa disetiap sudut panjangku bisa melangit dan terkabulkan”

Tangan itu mencabut rumput liar yang memenuhi pusara ibunya. Angin berhembus menerpa lembut khimar yang dia pakai. Seolah ibunya juga ikut hadir untuk menyapa putrinya.

Atika tidak mengeluarkan air matanya lagi. Dia merasa itu hanya percuma dan lebih baik dia mendoakan ibunya agar mendapatkan tempat terbaik disisi Allah.

Rahman ikut berjongkok dan mencabut rumput dikuburan yang bertuliskan nama Fatimah di batu nisannya.

Atika menoleh saat tahu ada seseorang menghampirinya. Atika tidak kaget melihat Rahman. Karena dia memang pergi bersama pak Abdul beserta kedua putranya.

Suasana canggung terasa diantara mereka. Meskipun mereka sekelas, tapi tidak pernah terjadi obrolan yang begitu panjang. Berkenalan secara langsung pun tidak pernah.

"Aku hanya ingin menyapa sahabat mamaku. Apakah boleh?" Tanya Rahman. Atika menganggukkan kepalanya pelan.

"Hai tante..aku adalah Rahman anak dari sahabat Tante Jullie. Papa sering bilang kalau tante dulu juga suka menggendongku waktu kecil".

Atika melirik Rahman yang seolah berbicara kepada ibunya.

"Terimakasih atas semua hal kebaikan yang pernah tante lakukan untuk papa dan mamaku" ucap Rahman mengakhiri.

"Ibu kita ternyata begitu dekat. Sampai-sampai Tuhan mencabut nyawa mereka diwaktu yang sama" kata Rahman menunduk tapi dia berbicara kepada Atika.

Atika juga menatap sendu pusara ibunya. Meskipun dia tidak dibesarkan oleh tangan ibu kandungnya, tapi rasa sakit yang mendalam juga terasa baginya. Seperti apa yang dirasakan Rahman.

***

Ini sudah satu minggu semenjak duka melanda hati Atika. Dan sekarang dia kembali bersikap seperti biasa. Karena larut dalam kesedihan hanyalah membuang-buang waktu.

Atika dan Rahman juga sering bertegur sapa walau tidak pernah mengobrol terlalu panjang. Biasanya pak Abdul akan mengajak mereka untuk makan siang jika ada waktu luang. Di saat seperti itulah mereka mulai mengobrol seperti keluarga.

Semenjak kejadian yang mengaitkan mereka, didalam hati kecilnya Rahman berjanji akan menjaga Atika dalam diam. Dia belum menyangkal ada perasaan apa dengan Atika. Menurutnya dia hanya ingin melindungi Atika,anak dari sahabat ibunya.

Semenjak mereka sudah agak dekat. Perubahan juga terjadi pada diri Rahman. Segala kebaikan yang Atika lakukan, Rahman pun juga refleks melakukannya. Seperti sholat dan mengaji di kelas.

Sahabatnya juga bingung dengan perubahan sikap Rahman. Reza yang katanya sudah tobat pun juga bingung melihatnya. Tapi itu adalah perubahan baik. Maka tidak ada diantara mereka yang mencoba dengan terang-terangan bertanya kepada Rahman.

"Lo tau gak vi, semenjak si Atika pindah kesini. Banyak perubahan sama Reza dan Rahman" kata Refan yang dibalas anggukan oleh Ravi.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang