Bab 30 |END

1.1K 55 10
                                    

Saat aku benar-benar ikhlas, Tuhan memberikan kejutan termanis sebagai penyembuh lukaku.

---

"Atikaaa!" Seru Maya berlari ke arah Atika dan memeluknya erat.
"Akhirnya... Kita wisuda bareng" ucapnya menggebu-gebu. Atika tersenyum lebar melihat betapa bahagianya Maya.
"Alhamdulillah May"
"Ehem.. Ka, kayaknya ada yang mau ngucapin selamat deh" ucap Maya menunjuk ke belakang Atika dengan dagunya. Atika berbalik ke belakang dan melihat seorang laki-laki yang berdiri tegap dengan gagahnya. Banyak perempuan menatapnya kagum terpesona. Atika tersenyum melihatnya. Laki-laki itu berjalan ke arahnya dengan senyuman yang mempesona. Maya menyenggol lengan Atika yang sedari tadi tidak berkutik.
"Mata kamu kayak mau keluar Ka" ledek Maya yang hanya di sambut kekehan kecil dari Atika.
"Demi apa coba gua bentar lagi liat drama gratis".
"Apa sih May_"
"Hai" sapa laki-laki di depannya.
"Kok hai? Assalamualaikum kali mas" ledek Maya.
"Iya... Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam" jawab Atika dan Maya serentak.
"Selamat yaa..."
Maya tidak tahan lagi untuk tidak tertawa.
"Kalian ni yaaa, udah serumah,sekamar.. masihh aja kaku"
"Bisa gak lo kalo ngomong gak ngajak berantem?"
"Kok gue, aku.." tegur Atika.
"Iyaa.. soalnya dia ni gak mau di baikin yang". Atika hanya menggeleng pelan.
"Becanda elah..Lo kayak gak biasa aja liat gue gini" balas Maya.

Dari jauh mereka melihat Reza, Refan dan Ravi berlari menyusuri mereka. Nafas mereka ngos-ngosan setelah berlari.
"Man, Lo tau gak. Ada teori yang mengatakan cinta itu buta. Dan sekarang gue percaya. Dari tadi Lo ninggalin kita-kita tanpa noleh ke belakang. Gue udah teriak-teriak bagaikan Tarzan kehilangan putri tidur tau gak. Segitunya jadi sahabat, dari dulu kita yang selalu ada buat lo malah kita yang di tinggallin" ucap Refan sewot dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Kan kalian yang wisuda, ya aku nyamperin kalian. Malah kalian yang nyamperin. Lagian aku juga gak denger kalian teriak" balas Rahman.
"Bukan kalian Man, cuma si Refan yang teriak. Malu-maluin ni anak" timpal Reza.
"Gue juga udah bilang sama ni anak biar nunggu lo di sini aja. Eh ni anak ngotot nungguin lo di gerbang" lanjut Reza.

"Yaudah, Lo Lo pada ikut gua. Rahman sama Atika mau kangen-kangenan dulu" ucap Maya tersenyum menggoda ke arah Atika. Atika hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Owwhh gitu, yaudah yuk!" Pungkas Refan.
Rahman yang melihatnya tersenyum geli.

Setelah sahabat-sahabatnya pergi Rahman menatap Atika yang menundukkan kepalanya. "Kenapa nunduk? Gak suka ya liat aku?" Tanya Rahman. Atika menggeleng pelan membuat Rahman gemas sendiri.
"Oooo..jadi gak seneng ni liat aku?" Ucap Rahman mengangguk kecil.
"Bukan gitu" tukas Atika mendongakkan wajahnya menatap Rahman. Rahman juga membalas tatapan Atika sehingga membuat wajah Atika bersemu merah.
Menatap matanya saja membuat Atika deg-degan.
"Lalu?" Tanya Rahman mengangkat alisnya.
"Aku malu di liatin orang-orang" bisik Atika.
Rahman juga sadar mereka menjadi pusat perhatian sedari tadi. Dia tahu Atika sangat tidak nyaman menjadi pusat perhatian.
Rahman meraih tangan Atika dan menggenggamnya erat tapi terasa hangat.
"Kita makan dulu yuk!" Ajak Rahman yang hanya di balas anggukan oleh Atika.

Atika menatap restoran yang tidak begitu ramai. Dia bernafas lega karena sedari tadi terus menjadi pusat perhatian. Rahman mempersilahkan Atika duduk dan dia sendiri duduk di depan Atika.
Beberapa menit berlalu mereka hanya diam-diaman. Rahman yang tidak tahan lagi dengan kecanggungan akhirnya bersuara.
"Congratulation ya.."ucapnya.
"Terimakasih bi" jawab Atika tersenyum.
"Kenapa kita masih canggung ya?" Tanya Rahman.
"Kenapa ya, aku juga gak tau" balas Atika membuat Rahman tersenyum.
"Aku rindu sama kamu" ucap Rahman menatap mata Atika dalam. Atika tidak berkutik, matanya dan mulutnya seolah terkunci mendengar kalimat sederhana Rahman, tapi begitu berpengaruh pada jantungnya.
"Kamu gak rindu sama aku?" Tanya Rahman.
"Hah?" Seru Atika mengerjapkan matanya. Rahman semakin gemas di buatnya.
"Apa tadi?" Tanya Atika.
"Apa?" Rahman pura-pura tidak tahu.
"Ihh..tadi Abi ngomong apa?" Tanya Atika lagi.
"Apa" jawab Rahman membuat Atika cemberut. Rahman tertawa kecil melihatnya.
"Tadi aku bilang kamu gak rindu sama aku?".
Atika menyengir pelan "banget" ucapnya pelan. Rahman lagi-lagi tersenyum, semua yang di tunjukkan oleh Atika seperti bahan yang selalu membuatnya tersenyum.
"aku apalagi. Kangen banget sama istriku ini" ujar Rahman.

~~~

"Yusuf, kamu sudah siap? Bagaimana keputusanmu? "Tanya Pak Abdul menatapnya.
"Sudah Pa, Yusuf akan mengatakannya di depan keluarga Atika nanti" jawab Yusuf sambil melirik Rahman yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Baik, ayo kita berangkat segera"

Sesampainya di kediaman Heri, Rahman merasa langkahnya berat saat ingin memasuki kediaman  Heri. Entah kenapa rasa sesak itu kembali menghampirinya, semalam dia sudah berdoa kepada Allah dan ikhlas atas apa yang akan terjadi kedepannya.

Mereka di sambut hangat oleh keluarga Atika. Heri sempat bingung dengan kedatangan keluarga Pak Abdul dengan pakaian yang sangat rapi.
Tidak berlama-lama berbasa basi, akhirnya Pak Abdul mengatakan tujuan sebenarnya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...Saya dan keluarga saya datang dengan niat yang baik yaitu ingin melamar putri Bapak Heri Atika dengan putra bungsu saya Rahman." ujar Pak Abdul mantap.
Semua yang berada di ruangan itu menatapnya terkejut. Rahman menoleh cepat ke arah Papanya, dia pikir salah mendengar apa yang di ucapkan oleh Papanya. Rahman juga menatap bertanya ke arah Yusuf yang hanya tersenyum ke arahnya. Dia merasa bingung dengan apa yang terjadi. Arif yang hanya menyimak tersenyum ke arah Yusuf. Dia tahu ini akan terjadi. Astrid  juga tersenyum lebar sambil menatap Atika di sampingnya.

"Saya cukup terkejut dengan pernyataan ini. Tapi kebahagiaan Atika adalah tanggung jawab utama bagi saya, dia kehidupan saya. Karena saya menghargai niat Keluarga Pak Abdul, saya akan menerimanya. Tapi semua itu tetaplah keputusan putri saya." Ujar Pak Heri sambil menatap Atika yang sedang menundukkan kepalanya. Dia sedang mengontrol detak jantungnya yang rasanya seperti turun ke perut.

"Atika, apa kamu mau menerima lamaran dan menikah dengan Rahman?" Tanya Pak Heri. Atika perlahan-lahan memandang Rahman yang di seberangnya.
"Dengan nama Allah, insyallah Atika mau" ujar Atika membuat Rahman menatapnya kaget.

"Alhamdulillah" ucap semua orang. Rahman masih tidak percaya dengan apa yang terjadi beberapa detik lalu. Titik dimana dia pasrah dan menerima apapun yang akan terjadi, ternyata disitulah letak keajaiban yang di berikan Allah. Menggantikan lukanya dengan kesan manis yang berlangsung dalam beberapa detik.

~~~

Wanita yang sekarang di depannya ini nyata. Wanita yang dia sebut di dalam doa sepertiga malam. Yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang terasa mimpi menjadi kenyataan. Begitu ajaibnya doa di sepertiga malam.

Rahman sempat bertanya kepada Atika beberapa hari setelah menikah mengapa Atika begitu saja menerimanya saat lamaran. Atika menjawab bahwa niat baik tidak boleh di tolak dan lebih mengejutkannya lagi Atika mengatakan bahwa dia memang sudah lama menyukai Rahman.

"Kapan kamu suka sama aku?" Tanya Rahman penasaran.
"Gak tau kapannya, mungkin waktu kamu ngirim surat saat mau keluar negeri" jawab Atika. Rahman teringat surat pertama yang ia buat untuk Atika.
"Ternyata sesederhana itu buat kamu jadi suka sama aku"
"Itu karena Allah, bukan karena surat"
"Terimakasih ya Allah atas izinmu kepadaku untuk memiliki bidadari ini"
"Terimakasih ya Allah atas lelaki yang Kau tugaskan untuk menjagaku".

***
End

Assalamualaikum.
Terimakasih sudah membaca sampai di akhir kisah Rahman Atika. Nulis adalah salah satu hobi aku, ya walau gak banyak yang ngevote tapi tetap seru.
Buat kalian yang baca ini di harapkan untuk meninggalkan jejak ya. Mau itu coment, vote dan saran lainnya.
Jadi selanjutnya kalian harus coba baca cerita IN FLAT WHITE.
Jangan lupa lho!
Aku sayang kalian para readers
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang