Apa yang kau lihat dengan matamu terkadang bukanlah kebenarannya. Dunia ini penuh tipuan yang akan membuatmu tersesat dalam keburukan
••
•
Pak Abdul mengerutkan dahinya saat melihat Yusuf mondar mandir sambil memegang hp nya. "Ada apa denganmu?" Tanya Pak Abdul sambil masuk ke dalam kamar Yusuf. Yusuf menatap Pak Abdul sedikit kaget "tidak ada apa-apa pa" jawab Yusuf memberi senyuman.
"Dari tadi Papa liat kamu mondar mandir seperti ada masalah, apa yang kau cemaskan?" Tanya Pak Abdul masih tidak percaya kalau Yusuf tidak ada masalah.
"Hhah itu karena... Yusuf mau menelpon seseorang" jawab Yusuf jujur. Pak Abdul semakin mengerutkan dahinya mendengar jawaban putra sulungnya itu. "Seseorang?" Yusuf mengangguk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Akhirnya Pak Abdul tidak ambil pusing "telepon saja, tidak perlu mondar mandir" kata Pak Abdul sambil berjalan ke arah keluar. Yusuf menghembuskan nafasnya lega.
Yusuf menatap layar hp nya dan menekan sebuah nomor.
"Halo Assalamualaikum" suara Bu Rini di seberang menjawab panggilan Yusuf.
"Wa'alaikumussalam Bu, ini saya Yusuf" ujar Yusuf.
"Ohh.. nak Yusuf toh. Iya ada apa nak Yusuf nelpon malam-malam begini?" Tanya Bu Rini.
"Eh itu Bu.. anak-anak panti udah tidur?".
Hening seketika, mungkin Bu Rini sedang merasa bingung mendengar pertanyaan Yusuf.
"Udah nak Yusuf, tadi udah di suruh tidur sama Atika" jawab Bu Rini. Yusuf tersenyum mendengarnya.
"Baiklah Bu, kalau begitu Yusuf tutup teleponnya. Salam buat anak-anak Bu, Assalamualaikum"
"Iya nak Yusuf, wa'alaikumussalam" setelah itu panggilan di putuskan.Yusuf bernafas lega, sebenarnya yang ingin ia tanyakan adalah Atika, tapi tidak mungkin. Yusuf tertawa kecil mengingat gadis itu.
~~~
"Tau laut merah gak?" Tanya Denis, teman-temannya mengangguk. "Itu bapak gua yang ngasih warna" lanjut Denis sambil tertawa, sedangkan teman-temannya hanya menatap datar ke arahnya.
"Mulut lo perlu di lakban" seru Refan sambil menoyor kepala Denis dari belakang. Reza tertawa ngakak melihat wajah kesal Denis. "Manusia ga ada akhlak" ucap Denis.
Refan yang duduk jauh di belakang Denis terkekeh."kebalik bro" balasnya sedikit berteriak.
"Vi, file semalem mana?" Tanya Reza. Ravi merogoh tasnya, lalu mengambil flashdisk dan memberikannya kepada Reza.
"Capek tau gak ngawasin Atika, kalo bukan si Rahman yang minta ogah gua." Ujar Refan sehingga mendapat tatapan tajam dari Reza. "Niatnya baik fan, lu liat flashdisk ini? Isinya semua tentang kejadian yang belum lama ini terjadi. Kalo kita gak nyari tau, pasti Atika di ancam terus" ujar Reza sambil menatap flashdisk di genggamannya.
"Itu mah cuma orang iseng mungkin za, kayak kita" balas Refan.
"Itu bukan orang iseng, dia sepertinya mengancam Atika dengan mengambil foto Atika" timpal Ravi. Reza setuju dengan Ravi "Atika sampai gak mau naik ojek yang kita kirim, karena dia takut itu seseorang yang ngancam dia" lanjutnya."Anehnya yang ngancam kayak biasa aja, kayak cuma ngancam. Udah itu aja."
"Mungkin suruhan, dia cuma jalani tugasnya" Refan mengangguk mengerti.
"Kasian banget dah Atika, hidup gak pernah tenang" ucap Refan.
"Udahlah, liat tu bapak lu udah dateng" balas Reza menyudahi saat menyadari kehadiran dosen.~~~
"Ini sudah ke tujuh kalinya kamu menolak gadis cantik Rahman. Apa kau tidak menyukai perempuan?Jangan-jangan kau adalah gay?? Ya ampun, aku tidak sanggup membayangkannya" seru Zafif menatap ngeri sekaligus geli ke arah Rahman.
Rahman balas menatap tajam ke arah Zafif "kau gila? aku masih normal" tukasnya dengan nada kesal. "Benarkah, selama kita satu kampus, aku tidak melihatmu menyukai seseorang atau kau menyukai secara diam-diam?" Ujar Zafif. "Ya, aku menyukai seseorang diam-diam, tapi bukan perempuan di sini" jawab Rahman.
"Di Indonesia?" Rahman mengangguk mengiyakan. "Kau LDR? siapa namanya?" Tanya Zafif penasaran. "Kau tidak perlu tau, dia gadis yang baik-baik dan polos" ujar Rahman. "Apa masih ada gadis polos di dunia ini?" Tanya Zafif tidak percaya. Rahman mengangguk "salah satunya gadis itu" timpal Rahman.
"Aku penasaran dengan gadis yang membuat sosok temanku ini sangat menjaga hatinya" ujar Zafif yang membuat Rahman tersenyum.
"Wahhh..kau sepertinya sangat menyukainya hingga tersenyum saat aku menyebut gadis itu." Ucap Zafif.
"Sudahlah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku" ucap Rahman. Zafif hanya mengangguk pelan "aku tidak percaya papamu bisa membangun perusahaannya di negara asing, sedangkan di Indonesia dia Kepala sekolah" ujar Zafif kagum.
"Dia pria yang hebat," ucap Rahman menimpali. Zafif mengangguk setuju.
"Tapi kenapa dia tidak bekerja di sini saja?" Tanya Zafif dengan nada heran.
"Papaku tidak ingin meninggalkan Indonesia, lebih tepatnya tidak ingin meninggalkan rumah kami yang banyak kenangannya bersama almarhumah mama" jawab Rahman jujur.
Zafif pun mengangguk mengerti, dalam hati dia sangat kagum dengan sosok Pak Abdul. Kesederhanaannya dan kedermawanannya sungguh membuat Zafif iri.~~~
"Aku gak tau kalo Hani udah pulang. Kamu beneran ketemu sama dia Ka?" Tanya Rara. Atika menganggukkan kepalanya mengiyakan. "Kamu yakin gak salah liat?" Tanya Rara sekali lagi. Atika menggelengkan kepalanya. Rara menghembuskan nafas pelan "apa lagi ini" bathin Rara.
"Besok kita samperin ke rumahnya ya Ra, aku rindu sama dia" ujar Atika membuat Rara melotot. Andaikan Atika tahu apa yang terjadi mungkin Rara akan menganggap Atika gila.
"Gak usah ka, dia gak tinggal di rumah itu lagi" ucap Rara jujur, ya karena keluarga Hani sudah berjanji tidak akan tinggal di lingkungan itu lagi.
"Wajah kamu kok kayak gak ceria gitu saat kita ngomongin Hani, kenapa Ra?" Tanya Atika yang memang sudah curiga sejak awal dia menceritakan tentang Hani dan Rara tampak tidak begitu senang.
Rara memijit pelipisnya berpikir "bagaimana mungkin aku senang kalau orang yang dulunya hampir saja membunuh kamu sudah kembali lagi Ka" seharusnya kata-kata itu yang Rara katakan,tapi mulutnya sudah terkunci rapat.
"Ra,kamu kenapa?" Tanya Atika heran melihat Rara yang diam. "Gak kok ka, aku cuma lagi sedikit sakit kepala" jawab Rara.
"Yaudah, kamu istirahat aja dulu" saran Atika yang dibalas anggukan oleh Rara."Ada apa dengan Hani? Kenapa semua orang seolah tidak tahu tentangnya. Seperti ibu yang mengalihkan topik dan Rara yang juga berpura-pura tidak tahu. Apa yang sebenarnya terjadi?" Pikiran Atika berkecamuk di dalam kepalanya. Banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan, tapi semua orang seolah bungkam mendengarnya.
🌻سَهَّلَ اللهُ لَنَا خَيْرًا حَيْثُمَا كُنَّا-

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahman Atika||END
Teen FictionAtika, gadis cantik yang sederhana dikenal dengan keramahannya membuat banyak laki-laki terpikat padanya. Tapi karena ilmu agama yang dia teguhkan sehingga membuat orang segan untuk dekat dengannya. Rahman, cowok yang menggelar tinggi status MOST WA...