Bab 20

369 32 0
                                    

Karena puisiku mampu mengutarakan rasa tanpa memendam dan tanpa takut kehilangan.

"Udah capek-capek bikin tugas. Masa iya nilai aku B- sih ka. Perasaan aku belajar udah rajin. Sikap aku juga baik kok sama tu dosen. Kurang apalagi sih" Atika dengan setia mendengarkan Maya yang terus mengomel panjang lebar.

Ini sudah jam kuliah terakhir untuk hari ini. Setelah kuliah selesai Maya terus mengomel saat salah satu dosen memberinya nilai B-. Tentu saja bukanlah yang diharapkan oleh Maya yang otaknya super encer.

"Mungkin dosennya lagi ketiduran waktu kasih nilai May, positif thinking aja" ucap Aliya yang juga ikut mendengarkan omelan Maya yang sepanjang rel kereta api. Aliya adalah salah satu teman kampus mereka yang satu jurusan dengan Maya dan Atika.

"Mungkin Allah lagu nguji kesabaran kamu May. Kamu harus sabar, Allah pasti punya rencana terbaik" timpal Atika.

"Tuh.. dengerin ustadzah. Sabar" Aliya setuju dengan Atika.

Maya mengembuskan nafas pelan. Dia sudah sedikit tenang setelah menumpahkan kekesalannya.

"Beli eskrim aja yuk" seru Aliya saat melihat es krim dengan mata yang berbinar-binar.

Maya dan Atika menoleh dan melihat Aliya yang sudah berlari seperti anak kecil menuju penjual es krim keliling yang sepertinya menuju mereka.

Maya dan Atika pun ikut beranjak mengikuti Aliya.

Aliya dan Maya memesan es krim rasa coklat. Sedangkan Atika belum memesan tapi sudah di berikan oleh penjual es krim. Atika mengerutkan keningnya. Soalnya dia belum memesan apa-apa dan anehnya penjual es krim itu tau es krim yang di sukai Atika.

"Ini untuk neng.. tadi ada orang yang bilang sama saya buat kasih ini untuk neng. Udah di bayar kok" ujar si penjual menjawab raut wajah bingung Atika.

"Siapa ya pak?" Tanya Atika masih bingung. Si penjual es krim menggaruk kepalanya. "Itu saya juga gak tau neng. Katanya gak perlu tau" jawabnya.

"Mungkin penggemar rahasia kamu ka. Udah terima aja, untung-untung hemat" ucap Aliya.

"Makasih ya pak" ucap Atika akhirnya menerima es krim rasa stroberi itu.

Atika menatap es krim di tangannya. Jika itu memang dari penggemarnya, tidak mungkin dia tau apa yang Atika sukai. Atika tidak pernah menyebutkan apa saja yang dia sukai kepada orang lain. Atau hanya kebetulan saja?

"Gak usah dipikirin siapa pemberi es krimnya ka. Kasian tuh es krimnya udah cair kamu tatapin terus" ucap Maya sambil tertawa geli menatap ekspresi wajah Atika.

"Mungkin Atika teringat seseorang yang mungkin pernah memberinya es krim kali" timpal Aliya.

Atika menggelengkan kepalanya "engga kok". Atika tidak pernah di beri es krim oleh siapapun. Tapi dia pernah memesan es krim rasa stroberi saat dia makan bersama dengan keluarga pak Abdul. Selintas Atika teringat Yusuf. Tidak mungkin, pikirnya.

~~~

Sinar matahari terasa membakar kulit. Tapi tidak akan mengusik pekerjaan para pencari nafkah. Mereka bekerja dengan keras demi kebutuhan hidup dan keluarga mereka.

"Haus.." keluh Maya mengusap dahinya yang berpeluh. Wajah Aliya juga sudah memerah karena panas. Atika terkekeh melihat dua sahabatnya yang kelelahan.

"Ka.. kamu tiap hari jalan ke kampus? Yakin gak capek?" Tanya Aliya. Atika menggeleng "gak kok Al, kadang juga naik angkot." Jawab Atika.

"Nanti aku jemput kamu aja deh ke panti. Biar cepet" Kata Aliya.
"Gak usah.. aku udah biasa kok jalan kaki, dikit-dikit olahraga".

Aliya ingin membantah tapi di potong oleh Maya terlebih dahulu. " Kamu jangan kasih tau Atika kalo mau jemput dia Al. Dia pasti nolak, bagusan kamu langsung jemput aja" Ucapnya memberi usul. Aliya mengangguk setuju, Atika hanya geleng-geleng kepala.

Sebuah angkot melaju lambat di samping mereka. "Ka.. kita naik angkot aja yuk" ajak Aliya. Maya mengangguk cepat, Atika pun akhirnya ikut mengiyakan.

Hanya butuh 10 menit, akhirnya mereka sampai di panti asuhan. Saat mereka ingin membayar, sopir angkot menolak. "Tadi sudah di bayarin mbak. Gak usah bayar lagi" ujarnya. Mereka bertiga saling tatap dengan muka bingung.

"Siapa ya bang?" Tanya Aliya. Sopir angkot mengedikkan bahunya juga tidak tahu siapa nama orangnya. "Katanya sih temen dari salah satu mbaknya." Setelah itu angkot kembali melaju meninggalkan pertanyaan di kepala ketiga gadis itu.

"Akhir-akhir ini ada yang aneh. Kalian gak ngerasain?" Tanya Aliya saat mereka melangkah menuju panti.

Maya mengangguk "kemarin Atika dibayarin es krim. Sekarang angkot. Besok apa lagi ya?".
Atika juga ikut bingung dan penasaran.

"Siapa tahu yang kali ini penggemar kamu may. Romantisnya penggemar kamu bayarin angkot" goda Aliya sambil tertawa. Maya menatap tajam ke arah Aliya.

"Udah udah.. kita masuk dulu yuk" ajak Atika.

~~~

"Ini apa Bu?" Tanya Atika membolak-balik kotak di tangannya. "Ibu juga gak tahu. Tadi tukang pos yang nganterin. Disitu ada nama kamu, ibu kira kamu tau" jawab Bu Rini.

"Kalo gitu Atika masuk kamar dulu Bu." Bu Rini mengangguk.

Sesampainya di kamar, Atika meletakkan kotak berbalut warna putih itu di atas meja belajarnya.

Rasa takut menghinggapinya, dia merasa di terror akhir-akhir ini. Banyak sekali kejutan yang tidak tahu dari siapa datangnya.

Dengan mengucap bismillah, Atika membukanya. Mata Atika membelalak lebar ketika melihat fotonya. Bukan hanya satu, tapi sangat banyak. Foto yang sepertinya di ambil saat Atika berada di kampus. Saat Atika bersama sahabatnya, belajar, berjalan, dan saat Atika makan es krim.

Satu foto jatuh dan tanpa sengaja Atika melihat kata-kata di belakangnya.
"Kau mungkin tidak menyadari, tapi aku selalu berada di sekitarmu" .  Dengan spontan Atika melemparkan seluruh foto itu sehingga berhambur berantakan.

Nafasnya berdetak kencang karena takut. Atika mengucap istighfar berulang kali.
Tidak, dia tidak boleh takut.
Atika kembali menyusun foto itu dan membawanya ke belakang untuk membakarnya.

"Atika" sapa seseorang membuat Atika terperanjat kaget.

"Maaf jika aku membuatmu kaget" ujarnya sambil terkekeh melihat ekspresi kaget Atika.

"Kak Yusuf?"Atika menatap Yusuf dengan pandangan bertanya.

"Apa itu?" Tanya Yusuf melihat Atika membawa kotak di tangannya. Atika ikut menatap kotak yang dibawanya.

"Tidak ada. Hanya sampah" jawab Atika.
Melihat tatapan Yusuf yang mengintimidasi, Atika jadi gugup seketika. "Apa yang kakak lakukan disini?" Tanya Atika mengalihkan topik.

"Aku baru saja habis dari kamar mandi dan tidak sengaja melihatmu jalan dengan tergesa-gesa." Jawabnya. Atika menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kalau begitu, aku permisi dulu kak" pamit Atika melanjutkan langkahnya. Yusuf hanya menatap Atika heran dan detik selanjutnya dia langsung tersenyum.

***
  🌻سَهَّلَ اللهُ لَنَا خَيْرًا حَيْثُمَا كُنَّا-






Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang