Bab 9

448 43 0
                                    

"Lebih baik tersindir ketika diingatkan, daripada tidak merasakan apa-apa ketika diingatkan"

Saat ini Atika sangat sulit menahan degup jantungnya yang berdetak terlalu cepat. Bagaimana tidak, dia saat ini duduk tidak jauh dari Yusuf. Atika masih menyangkal kalau perasaan yang dia miliki untuk Yusuf adalah rasa kagum, tidak lebih. Dan semoga saja hanya sampai disitu.

Yusuf membuyarkan lamunan Atika ketika sepeda Atika sudah selesai diperbaiki.

Ceritanya sepulang sekolah tadi sepeda Atika kembali berulah. Dan akhirnya dia mendorong sepedanya. Tapi tidak kunjung sampai di bengkel karena letaknya terlalu jauh.

Entah ada angin apa. Yusuf berhenti dengan mobilnya disamping Atika dan menawari bantuan. Atika sempat menolak karena tidak enak. Tapi Yusuf tetap kekeuh untuk menolongnya dan berakhirlah mereka disini.

Atika pun akhirnya beranjak mengambil sepedanya. "Terimakasih kak. Aku akan mengganti uangmu nanti" kata Atika.

"Tidak perlu. Aku tidak ingin meminta imbalan" balas Yusuf. Karena tidak ingin terlalu lama di tempat itu, akhirnya Atika memilih mengalah lalu berlalu pergi karena hari sudah semakin sore.

Yusuf ingin memanggil Atika tapi tertahan. Dia bingung dengan alasan apa dia menahan Atika.

Atika terus mengayuh sepedanya pelan. Hati dan pikirannya sedang berkecamuk. Tidak, dia tidak memiliki perasaan apa-apa dengan Yusuf. Itulah yang selalu dia katakan didalam hatinya.

Karena sibuk dengan pemikirannya. Atika tidak sadar sudah melewati panti asuhan. Dia sadar saat seseorang memanggilnya.

"Rahman?" Atika bingung melihat Rahman yang berlari-lari kecil ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rahman. Sontak Atika melihat sekelilingnya. Dia kaget karena sudah melewati panti asuhan.

"astaghfirullah.." seru Atika membuat Rahman menatapnya bingung.

"Aku harus kembali. Assalamualaikum"pamit Atika tidak menunggu jawaban Rahman yang masih bingung.

"Wa'alaikumussalam.." jawab Rahman ketika Atika mulai menjauh. Itu adalah situasi terbingung yang pernah dia alami.

Setelah sampainya Atika di panti asuhan dengan nafas ngos-ngosan, Bu Rini pun menghampirinya.

"Kamu habis dari mana, tadi ibu panggil-panggil waktu kamu lewat kenapa gak kamu dengar?" tanya Bu Rini.

Atika bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin dia mengatakan kalau dia sudah melewati panti hanya gara-gara memikirkan Yusuf.

"Itu Bu.. Atika tadi gak konsen. Jadinya lupa kalau udah kelewat" jawab Atika sambil cengengesan. Bu Rini hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.

~~~

Jam sudah menunjukkan angka 10 malam. Tapi Atika masih setia membuka matanya. Penyebabnya adalah laki-laki itu. Entah kenapa sejak kejadian sore tadi membuatnya tidak berhenti memikirkan laki-laki bermata hezel itu. Padahal dia sudah mengalihkan pikirannya agar tidak memikirkan sesuatu yang tidak pantas untuk dia pikirkan.
"Ya Allah. Apa aku menyukainya?".

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang