Bab 11

396 37 0
                                    

"Pria yang benar tak akan menjauhkanmu dari Allah. Kalau dia melakukannya, berarti dia pria yang salah." (Abdul Bary Yahya)

Ombak menyapu kakinya bersamaan dengan pasir putih. Dua sudut bibirnya melengkung indah seketika.

Kakinya berlari-lari kecil menikmati angin laut yang begitu sejuk terasa. Disertai sunset yang begitu mempesona dimata siapa saja yang melihatnya.

"Aku ingin seperti senja. Meskipun dia pergi tapi dia akan tetap kembali esok paginya" ujarnya tersenyum menatap matahari yang seolah akan termakan oleh garis lautan.

"Kau terlihat bahagia saat berada disini" ucap seseorang duduk disampingnya.

"Tentu saja. Ini adalah tempat kelahiranku. Aku selalu merasa segala tempat disini adalah rumahku yang membuatku nyaman" ujarnya.

"Gadis yang aneh" ucap seseorang yang duduk disampingnya.

Gadis itu menoleh ke sosok laki-laki disampingnya. "Kau juga terlahir disini. Apa kau merasa aneh saat berada dikota kelahiranmu?" Tanya gadis itu.

"Tidak. Ini menyenangkan" jawabnya membuat gadis itu tersenyum manis. Saking manisnya membuat siapa saja akan tertular oleh senyumannya.

"Abang bahagia?" Yang dibalas anggukan oleh laki-laki itu.

"Hani.. Sunset nya sudah selesai. Mari kita pulang!" Teriak wanita paruh baya yang adalah ibu tercintanya.

"Iya ma.." sahutnya. Dia menggenggam tangan laki-laki itu dan menggandengnya untuk segera menghampiri ibu mereka.

"Bang.. liburan kali ini pasti menyenangkan bukan?" Seru Hani senang. Laki-laki itu tersenyum mengangguk.

"Pasti menyenangkan jika kamu bahagia" ucapnya.

"Gimana sama bang Arif ? Abang bahagia disini?" Tanya Hani. Padahal dia sudah menanyakan itu tadi. Tapi bagi Arif sesering apapun Hani bertanya, dia akan tetap menjawabnya.


"Aku selalu bahagia jika kamu bahagia Hani" ujar Arif membuat Hani lagi-lagi tersenyum lebar.

~~~

Hari sudah jam 9 pagi. Tapi 4R masih setia membalut tubuh mereka dengan selimut. Saat Yusuf melihat mereka masih molor, Yusuf pun mengambil speaker dan membunyikan suara tanda kebakaran sekeras mungkin dikamar itu.

Refan langsung terduduk dan mengguncang tubuh teman-temannya yang masih menutup rapat matanya.

"Woi kebakaran woi... Bangun lo pada!!!!" Teriak Refan yang nauzubillah mengalahi suara toa.

Reza ikut bangun dari tidurnya dan berlari ke arah kamar mandi. Tanpa aba-aba dia membawa air dan menyiram sekitarnya dengan air.

Rahman kaget dengan air yang membasahinya. Dia mengira atap rumahnya bocor. Padahal atapnya sudah berlapis-lapis. Kayak tanggo ya!

"Ngapain sih za?" tanya Ravi yang ikut kesal saat air membasahinya.

Setelah merasa sadar 100% . Reza dan Refan melihat sekitar mereka yang tidak ada kebakaran sama sekali. Tapi bunyinya masih terdengar.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang