Bab 12

375 37 0
                                    

"Islam memperlakukan wanita dengan hormat dan bermartabat. Maka jangan mau menerima apapun yang lebih rendah dari itu."

Matahari mengintip dibalik tirai jendela mengeluarkan cahayanya untuk menyinari bumi kembali. Mata gadis itu mengerjap-ngerjap saat cahaya matahari mengusik tidur nyenyaknya.

"Hani..sekarang udah jam 8 lho, kamu gak jadi pergi jalan-jalan?" Seru ibunya dari luar kamar.

Hani duduk dari tempat tidurnya sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Iya ma .. bangunin bang Arief ya!" Balas Hani. "Sudah dari subuh abangmu bangun" balas ibunya. Hani terkekeh pelan. Dia sudah menduganya, kakak laki-lakinya itu selalu menang darinya.

Hani beranjak dari tempat tidurnya lalu menyambar handuknya dan mengarah ke kamar mandi.

1 jam selesai.  Hani turun kebawah untuk menghampiri keluarga tercintanya. "Pagi semua" serunya lalu melakukan tradisi keluarganya yang tidak tertinggalkan, yaitu cipika cipiki.

"Lah.. Hani sarapan sendirian nih?" Tanyanya sedih karena melihat semua orang sudah selesai sarapan.

"Makanya, bangun tu jangan kelamaan. Ini bangun subuh masa tidur lagi" kata mamanya.

Sedangkan Arif tertawa kecil melihat wajah cemberut adiknya. Dia lalu mengambil hp lalu memfoto Hani.

Hani sadar dengan apa yang dilakukan oleh abangnya itu. Dia tidak marah, karena dia tahu abangnya hanya akan mengoleksi fotonya tanpa mengunggah ke akun sosmednya.

"Bang, lain kali bangunin aku lah" katanya sambil menyendok nasi putih.

"Udah cape' bangunin kamu dari jam 7. Kamunya aja yang keenakan tidurnya" ucap Arif.

"Ya bangunin sampai bangun.. pake air kek".

"Dulu udah abang banguin pake air. Kamunya ngamuk" balas Arif.

Hani cengengesan mendengarnya.
"Itu beda situasi bang" Ucapnya yang dibalas cibiran oleh Arif.

"Kalian mau jalan-jalan kemana?" Tanya papa mereka.

"Palingan ke pantai" jawab Arif. Hani menganggukkan kepalanya cepat. Dia sangat menyukai pantai. Sesering apapun dia kepantai, dia tidak akan pernah bosan.

"Pantai terus, kayak ga ada tempat wisata lain aja" timpal mamanya.

"Pantai tuh ya ma buat hati jadi tenang. Kalau mama galau kepantai aja" seru Hani.

"Mamamu itu anti-anti galau. Kan papa gak pernah buat mama sedih" sahut papanya.

"Halah.. modus " ucap Hani dan Arif serentak. Membuat wajah papanya berubah masam.

Mamanya pun tertawa melihat ekspresi wajah masam suaminya itu.

~~~

Atika menatap senang anak-anak panti bermain pasir. Raut wajah bahagia begitu jelas diwajah mereka. Jarang sekali mereka pergi berlibur seperti ini.

Rahman Atika||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang