10. ketawa

130 60 12
                                    

Jadilah hebat dengan berotak
Bukan berontak;)
.
.
.

Gadis berwajah masam yang rambutnya tengah disisir oleh sahabatnya itu sesekali menguap. Kepalanya yang beberapa kali menunduk membuat gadis cantik di belakangnya geram. Ingin rasanya mengikat kepala gadis aneh di hadapannya agar dapat tegap dan anteng di tempat.

"Woy Rum! Duit gue mana?" teriakan dari arah meja guru membuat mata Rumi yang hampir memejam terbuka lebar. Memutar bolamatanya malas, lalu merogoh saku kemeja sekolahnya.

"Nih." Tangannya mengoyang-goyangkan satu lembar uang lima ribu. Membuat laki-laki yang tengah duduk bersila di samping meja guru itu tersenyum bahagia.

"Nah. Gini dong. Kalo punya utang harus cepet dibayar."

Laki laki bernama Rangga yang menjabat menjadi ketua kelas itu segera merampas benda berharga itu dari tangan Rumi. Memasukkan kedalam kantong celananya. Kemudian kakinya segera melangkah mendekati pintu keluar.

"Pak ketu mau kemana?" teriak seorang laki-laki kurus tinggi berkulit putih yang mulanya duduk di atas meja.

"Beli nasi uduk."

"Meluuuuuu."

Seisi kelas langsung ricuh. Ikut beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati pintu keluar.

"Woye kalian berdua gak ikut jajan? Pak ketu aja jajan loh." Seorang gadis dengan kacamata bulat itu mendekat ke arah bangku yang ditempati Rumi dan Sasa.

"Gak Lis. Kita udah sarapan. Lo duluan aja."

Gadis bernama Lisa itu segera berlari menyusul komplotannya setelah mengumamkan kata 'oke'.

Jamkos. Anak-anak keluar jajan. Menyisakan Rumi dan Sasa di dalam kelas.

Rumi yang masih terkantuk-kantuk dan Sasa yang sudah mulai menguncir rambut Rumi dengan telaten.

"Selesai," sorak Sasa bahagia.

"Oh udah." Rumi langsung duduk mengelosor. Merebahkan kepalanya di antara lipatan tangan. Hal itu membuat sasa menggeleng heran.

"Rum!"

"Rumi!"

"Ruuumi!"

"WOY!"

Rumi tersentak dari tidurnya. Berdiri tegap dengan kedua tangan yang melindungi kepalanya. Membuat Sasa terkikik geli melihat tingkah Rumi.

"Ngeselin lo."

"Abisnya kebo banget."

Rumi mendegus. Bersiap-siap mencari posisi nyaman untuk tidur. Namun si cantik Sasa dengan tega menarik kedua tangan Rumi. Membuat si empunya tangan mendegus tak suka.

"Apasih. Gue ngatoook." Rumi berucap sambil menguap lebar. Dan dengan cepat tangan Sasa menutup bagian mulut Rumi. "Lo itu cewek Rum. Gak boleh kek gitu."

"Iya tha?"

Sasa segera mengelus dadanya. Mengumpulkan kesabaran. Memang yaa berhadapan dengan Rumi itu membutuhkan banyak stok kesabaran.

ARBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang