"Sedalam apapun lubang tempat persembunyianmu, ragaku akan mampu menggali itu."
.
."Gue gak mau denger," ucap Bian begitu sarkas saat sang Kakak mulai membahas perihal kekasihnya.
"Lo harus tau kalo dia itu bukn cewek baik-baik Bi," papar Tama yang seakan-akan tak terbantahkan.
"Dia pacar gue. Gue lebih tau dia daripada elo," ucap Bian kesal.
"Dia itu muka dua," desis Tama.
"Ngomongin diri sendiri?" tanya sekaligus sindir Bian yang seketika menohok hati Tama.
Laki-laki jangkung itu lantas merotasikan matanya bingung. Lagi-lagi suaranya hilang bagai ditelan kenyataan.
"Ga bisa ngelak?" tanya Bian meremehkan.
"Banci lo! Gak usah jelek-jelekin orang lain buat nutupin niat jahat elo. Yang muka dua itu Anda," maki Bian lalu melangkah menjauhi Tama.
"Kalo lo mau ngehancurin hidup gue. Caranya bukan misahin gue sama Rumi .... " ucapan Bian menggantung seiring dengan tangannya yang merogoh saku jaket yang ia kenakan.
" .... ambil itu, gue pastiin hidup gue bakal hancur!" lanjut Bian sambil melemparkan botol berisi beberapa buah obat ke arah Tama.
Laki-laki jangkung itu lantas berjongkok untuk mengumpulkan beberapa butir obat yang sudah berceceran didinginnya permukaan lantai. "Gue gak akan nyerah buat misahin kalian berdua," ucap Tama.
Setelah butiran-butiran obat itu sudah kembali masuk ke dalam wadahnya laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam ini langsung beranjak dari jongkoknya. Meletakkan botol berisi obat ke atas meja lalu segera pergi ke luar rumah.
****
"HEEEELO MASA DEPAN?!" Bian lantas menjauhkan ponselnya begitu suara teriakan itu menyapa indera pendengarannya. Degusan kasar langsung laki-laki keluarkan demi mengungkapkan kekesalannya.
"Ngapain sama Alan?" tanya Bian setelah dengungan di telinganya menghilang.
Sekarang Bian pun rasanya seperti diduakan. Bagaimana tidak, jika sekarang suara sang gadis muncul saat jelas-jelas nama Alan yang tertera di layar ponselnya. Yang pasti sekarang Rumi tengah bersama Alan, tanpa dirinya. Dan Bian sungguh tak suka hal itu.
"MINUM DAWEEET!" sambar Digo dari sambungan ponsel Alan.
"Wooy sama Digo juga?" tanya Bian tak terima.
"Aku juga gan," ucap Bara masih dalam smabungan ponsel Alan.
"Tega loo semua. Masak main gak ngajak-ngajak gue!" papar Bian yang sudah ingin merajuk.
"Wooy sini gue ceritain," ucap Digo yang tiba-tiba rusuh dilain tempat. Tangannya dengan arogan merebut paksa ponsel Alan yang tengah dipegang si pemilik.
"Tadi kan gue, Bara sama Alan mau ke rumah elo. Terus si Bara maksa minta dianterin buat ketemu sama Jono. Dan loo tau apa yang kita liat?!" tanya Digo sok histeris.
"Jono lagi ngintipin cewek?" tebak Bian malas.
"RUMI WOOY!!" sorak Digo, Alan, dan Bara bersamaan.
"Rumi diintipin Jono?" tanya Bian teerkejut.
"Bukan," kata Digo sambil bersungut emosi.
"Tinggal bilang kalo Rumi bantuin si Jono aja susah bener," papar Alan tak habis pikir dengan hobi bertele-tele temannya.
"RUUUUUMII KAN GUE UDAH BILANG JANGAN DEKET-DEKET JONO!!" teriak Bian tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBIAN
Roman pour AdolescentsSenja dan Fajar Mustahil untuk bersatu Senja di barat Fajar di Timur Dan Mentari di pihak netral Senja dan Fajar emang enggak akan bisa menyatu. Tapi bisa saling melengkapi kan? Lalu Mentari?