Dekat denganmu aku malu
Jauh darimu aku rindu
Dekat denganmu adalah bahagiaku
Bersamamu adalah impianku
Kamu adalah canduku
.
.
.
.
."Sasa kuncirin rambut guee!"
Gadis dengan rambut yang dikuncir asal-asalan itu berlari menuju bangku yang sedang diduduki sahabatnya.
Dia mengernyit. Memandang aneh sang sahabat yang malah melengos dan memfokuskan diri bermain dengan ponsel berkamera tiga miliknya.
"Saa!"
"Wooy!"
"Sasak!"
Rumi berteriak nyaring sambil mengebrak mejanya keras. Membuat beberapa siswa yang sudah datang memandang Rumi dengan kilat permusuhan.
Gadis itu tersenyum lebar. Diakhiri bibir yang mengumamkan kata maaf.
Sasa bukannya merespon teriakan Rumi malah berdiri. Beranjak dari duduknya dan melanglah menuju pintu kelas.
Langkahnya lempeng. Sama sekali tak mempedulikan teriakan demi teriakan yang terlontar dari bibir seorang Rumi.
"Lah mendadak budek."
Rumi berucap acuh sambil mengendikkan bahunya.
Setelah meletakkan tas yang sedari tadi dia gendong. Rumi mengeledah isi tas Sasa. Mencoba mencari alat untuk bertempurnya.
Yap ketemu. Sisir berwarna merah muda dengan gambar kucing putih yang menjadi favorit Sasa.
Rumi berlari dengan langkah kecil menuju pintu.
Dirinya berjalan acuh melewati koridor penghubung antara kelasnya dengan kantin. Dengan rambut yang tidak terikat dengan rapi gadis itu sukses menjadi fokus beberapa orang yang dilaluinya.
"Kak Rumi!"
"Eh kak Rumi lewat."
"Kak Rumi kok rambutnya gitu."
"Kak Rumi nanti follback aku yaa."
"Kak Rumi senyum senyum terus ih, jadi gemeeeus."
"Woy Rumi mingkem napa Rum."
"Senyum mu bikin mata perih Rum."
Gadis yang terus menebar senyum itu tetap berjalan lempeng.
Mengarahkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil melambaikan tangan kanannya.
Orang-orang yang awalnya memandang Rumi sambil ikut tersenyum otomatis langsung mengalihkan pandangannya. Berlagak seperti sedang sibuk dengan dunianya.
"Aduh gue tersanjung sama respon kalian," ucap Rumi yang sengaja dikeraskan. Orang-orang tetap acuh masih setia pada pendiriannya.
Rumi mendegus. Bibirnya bergerak lincah mengumamkan kata-kata umpatan bagi pengemarnya yang berkhianat itu.
Setelah melewati berbagai macam ujian dan cobaan yang cukup untuk menguras kesabaran. Rumi berhasil menapakkan kakinya di lantai kantin.
Menelisik tiap sudut kantin yang lumayan ramai dengan beberpaa siswa yang tengah menyantap sarapan.
Gadis itu tersenyum lebar sambil memandang seorang laki-laki yang tengah melambaikan tangan padanya.
Berjalan riang sambil memancarkan senyum ceria. Membuat orang-orang yang melihatnya ikut tersenyum walau agak merasa aneh dan canggung.
"Kuncirin rambut gue."
Gadis itu menodong kekasihnya dengan sisir hasil merampas dari dalam tas Sasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBIAN
Teen FictionSenja dan Fajar Mustahil untuk bersatu Senja di barat Fajar di Timur Dan Mentari di pihak netral Senja dan Fajar emang enggak akan bisa menyatu. Tapi bisa saling melengkapi kan? Lalu Mentari?