Teruntuk kekasih jelekku;(
Rasaku sulit ku ungkapkan padamu
Mungkin, bila bakwan yang menjadi acuanku
Tak kan cukup seribu bakwan kuberikan untukmuAku selalu merindumu
Bagai petani yang ingin fajar dan enggan malam
Mungkin, bila cireng yang menjadi acuanku
Bisa hilang semua isi di dompetmuRasaku sungguh murni untukmu
Bagai air pelengkap adonan bakwan kesukaankuAku tak bisa tanpamu
Seperti adonan bakwan dan cireng yang hampa tanpa sosok minyak harga empatbelas ribuIntinya, aku merindukan bakwan dan cireng pemberianmu.
Oleh,
Arumi Senja yang cantiknya sepanjang masa;)Bian mengerjab-ngerjabkan matanya pelan. Hidungnya kembang-kempis seirama dengan deru nafas yang terdengar teratur.
Di depannya ada Alan dan Digo yang sudah tertawa keras sambil mengebrak-gebrak meja.
Sesekali tawa mereka hilang. Namun, saat pandangan mata mereka mengarah ke seorang gadis yang tengah tersenyum lebar sambil memegang kertas yang sudah tak polos itu. Tawa mereka kembali berderai.
Bian jengah memandang kedua teman anehnya ini. Pandangannya kemudian dialihkan ke arah di mana kekasih anehnya berada.
Matanya menyorot tajam. Sementara kekasihnya menepuk puncak kepala Bian dengan ritme teratur.
"Yang sabar ya punya temen gendeng kayak mereka ini."
Tawa Alan dan Digo semakin berderai keras. Membuat perhatian beberapa murid yang tengah menyantap makan siangnya terarah pada mereka berdua.
"Gak sadar diri! Aduuh duhh duuh."
Alan memukul meja di hadapannya beberapa kali. Mengundang sebuah tendangan keras di tulang keringnya.
"Biasa aja kali si Alan, gak usah bikin gempa juga."
"Nama gue Alan. Gak pake si!"
"Bodo."
Rumi berkata acuh. Kini pandangannya kembali mengarah pada sang kekasih.
"Jadi ini puisi yang lo pamerin tempo hari?"
Rumi mengangguk semangat. Menyodorkan kertas putih bergaris yang berisi coretan tangannya.
"Buat elo!"
Bian menerima kertas itu dengan muka lempeng. Melihat kembali isi kertas yang dihiasi tulisan tangan sang kekasih.
Laki-laki itu memandang kertas yang diberikan kekasihnya dengan sorot hampa.
Untung saja tadi Rumi sempat membacakan isinya. Kalu tidak bisa-bisa Bian harus rela terkena tekanan batin karena berusaha menerjemahkan tulisan sang kekasih yang sangat tidak karuan ini.
"Ini yang nulisnya pakek kekuatan ajaib lobang hidung elo?"
Bian mengangkat kertas itu dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Membalik-balik kertas sambil menimang-nimang sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBIAN
Ficção AdolescenteSenja dan Fajar Mustahil untuk bersatu Senja di barat Fajar di Timur Dan Mentari di pihak netral Senja dan Fajar emang enggak akan bisa menyatu. Tapi bisa saling melengkapi kan? Lalu Mentari?