"Teruntuk hati yang ditinggal pergi. Segera berbenahlah agar 'dia menyesal dan berujung sakit hati."
.
.Semerbak aroma obat-obatan berhasil memuakkan perasaan si penciumnya. Beberapa pasang mata itu terlihat berwajah enggan dan ingin segera berlari keluar ruangan.
Tapi satu objek yang tengah duduk di atas ranajang dengan lutut tertekuk itu tak mungkin untuk ditinggalkan. Bagaimanapun sikap dan sifat buruk si gadis, sebagai laki-laki baik dan bertangung jawab tentunya mereka berempat masih setia berdiri di ruangan itu.
"Jadi gimana ceritanya?" tanya Bian yang berhasil memecah keheningan. Laki-laki itu tengah duduk di kursi samping ranjang sambil menyuapkan potongan cireng kedalam mulut gadisnya.
"Lo tanya siapa Bi?" Balik tanya Digo sambil celingak-celinguk kebingungan.
"Yang ngerasa ditanya aja," ucap Bian acuh.
Sementara seorang gadis berkaca mata yang sedaritadi menunduk untuk menghindar dari tatapan menghunus Bian itu mulai bergerak risih sambil mendegus.
"Lis," desis Bara dilanjut dengan menginjak kaki Lisa pelan.
"Jawab! Keburu ngamuk," ucap Bara lagi.
"Kek setan dia kalo ngamuk," balas Digo masih berbisik.
Lisa masih diam menunduk. Matanya malah sesekali melirik ke arah Alan yang sedang memasang wajah datar dengan sikap acuhnya. "Apa?" tanya Alan setelah merasa diperhatiakan oleh sosok di sampingnya.
"Ga pa-pa," balas Lisa dengan cepat. Gadis itu langsung tersenyum senang lalu melangkah untuk berdiri di samping Alan. Posisi gadis itu sekarang tengah berhadapan dengan Bian yang masih saja menyuarakan pandangan menghunus miliknya.
"Jadi?" tanya Bian sambil mendongak menatap Lisa.
"Gue ... gue gak tau," jawab Lisa dilanjut dengan gerakan menggaruk tengkuknya.
"Kata temen-temen sekelas Rumi elo yang nemenin dia keluar kelas," papar Bian yang semakin membuat Lisa enggan menatap laki-laki itu.
"Jawab apa adanya aja Lis," ujar Alan sambil menoleh menatap gadis berkaca mata itu.
Setelah mendengar suara Alan Lisa langsung tersenyum senang sambil menganggukkan kepalanya bersemangat.
"Gue gak tau pasti kejadiannya gimana. Yang pasti tadi gue sama Rumi mau ke perpustakaan buat ambil buku, terus ada cewek yang ngajak Rumi pergi. Terus kata Rumi gue disuruh keperpus duluan," jelas Lisa.
Keempat cowok itu mengangguk paham sambil saling tatap satu-sama lain. "Yang ngajak Rumi siapa?"
Lisa kembali mendongak menatap Alan yang langsung ditoleh oleh laki-laki itu.
"Yeee malah liat gue! Buruan jawab ditanya juga," ucap Alan dengan sedikit kesal. Pasalnya gadis berkaca mata itu sedaritadi terus-terusan melihat ke arahnya dengan wajah merona. Dan kalian harus tahu, Alan sangat membenci tatapan itu.
"Tanya Rumi aja," balas Lisa sambil menunjuk Rumi yang tengah mengunyah cireng di mulutnya.
Empat orang laki-laki itu kembali menatap Rumi dengan malas-malasan. Sementara yang ditatap malah mengendikkan bahunya acuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBIAN
Teen FictionSenja dan Fajar Mustahil untuk bersatu Senja di barat Fajar di Timur Dan Mentari di pihak netral Senja dan Fajar emang enggak akan bisa menyatu. Tapi bisa saling melengkapi kan? Lalu Mentari?