24. Rencana

33 4 7
                                    

"Lihatlah, dunia begitu baik padamu. Sampai-sampai aku begitu mudah terengkuh pesonamu."
.
.

"Jadi?" tanya Bian malas-malasan. Pasalnya sudah lebih dari sepuluh menit dia dan ketiga temannya termenung di dalam gudang, sementara Digo yang katanya mempunyai ide itu malah duduk selonjoran sambil bermain ponsel.

"Go jadi gimana?" tanya Alan juga sedikit geram. Bara pun seakan-akan ingin memumul kepala Digo yang sekarang malah menggeleng-gelengkan kepalanya menikmati musik dari ponselnya.

"Nimpuk temen pakek bangku dosa ga sih?" tanya Bian dengan tangan yang sudah mengelus-elus meja yang ada di sampingnya.

"Dosa banget," balas Digo acuh.

"Wooy Go elo jadi ngerencanain misi rahasia engga? Lama amat loo kek cewek," ucap Bara menggebu.

"Cerewet lo kek cewek," balas Digo lagi acuh.

"Ini jadi ga sih?" tanya Bian frustasi.

"Harusnya siih jadi," ucap Alan sambil melirik Digo sinis. Digo lantas terkekeh hambar mennaggapi sindiran Alan barusan.

"Jadi gini," ucap Digo pada akhirnya  sambil melambai-lambai kan tangannya bermaksud menyuruh temannya agar merapat.

Bian, Alan dan Bara langsung bergerak mendekat lalu ikut-ikutan duduk di atas lantai yang sebelumnya sempat dibersihkan oleh Digo. Mereka berempat duduk melingkar dengan posisi bersila.

"Jadi?" tanya Bian, Alan dan Bara bersamaan.

"Elo tau kan?" tanya Digo menggantung.

"Tau apa?" tanya Bara tak paham.

"To the point aja beb ga usah basa-basi," ujar Alan karena merasa hawa-hawa tak enak dari wajah Digo.

"Ini ngomongin misi rahasia buat bantu Rumi kan? Terus Ruminya ga diajak gitu?" tanya Bara yang sudah mendapat sedikit bocoran dari Bian.

"Gak usah malah nyusahin dia," jawab Bian sesuai fakta.

"Oke mulai yoook!" ajak Alan sambil menepuk-nepuk pahanya.

Digo manggut-manggut. Tangannya langsung meraih sebuah lipatan kertas yang sebelumnya berada di saku celananya. "Lo semua kan tau kalo gue kembarannya detektip konan, jadi ga usah heran sama rencana ahay-ahay gue ini," ucap Digo sambil mengudar lipatan kertas itu. Diletakkannya selembar kertas itu di tengah-tengah.

Sementara Bian, Alan dan Digo langsung merundukkan badannya agar dapat lebih jelas membaca tulisan yang jauh dari kata indah itu. Selang beberapa menit senyum takjub langsung menghiasi bibir ketiganya. Ketiga laki-laki itu langsung saja menoleh ke arah Digo yang tengah menepuk-nepuk dadanya bangga.

"May nem is Detektip Digo," ucap Digo bangga.

"Inggrisnya dibenerin dulu yaa Dek," ucap Bara sambil memukul kepala Digo keras-keras.

Bian kembali menatap kertas berisi misi rahasia itu lekat-lekat. Keemudian dilanjut menatap Digo yang sedang mengusap kepalanya sambil meringis. "GA NYANGKA GUEEE! INI RENCANA YANG UWUUUUW!" sorak Bian sambil bertepuk tangan.

"Ya Allah Bian kerasukan Rumi!" ucap Bara dan Alan ikut-ikutan bersorak.

"Ini rencana buat bantuin Mak Lampir apa rencana buat baku hantam sih?" tanya Bara berlaga sok bingung, karena setelah dipikir-pikir tulisan di kertas tersebut cukup untuk menguras emosi.

"DISELIDIKIN KUUUY!!"

Alan yang sudah malas berekspresi itu pun langsung mengambil kertas tersebut secara kasar dan tanpa aba-aba memasukkannya ke dalam mulut Digo yang sedang terbuka lebar karena tertawa.

ARBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang