Dalam diam memendam rasa.
Ternyata bisa sesakit ini.~•••~
Langkah cowok berkulit putih itu seketika terhenti saat tangan kanannya dipegang oleh seorang cewek cantik yang baru saja keluar dari toilet wanita. Sekitaran tempat itu memang tidak ramai. Memudahkan cewek itu langsung mencegat Marshel.
"Kangen gue ya lo? Sampai narik-narik gue kayak gini?" katanya sambil tertawa pelan.
Cewek tadi membalas candaan Marshel dengan tatapan serius. "Gue selalu kangen lo, Shel. Untuk itu, gue mau jadi pacar lo."
Mata Marshel membola menandakan keterkejutannya. "Hah?! Lo sakit?
"Gue nggak sakit. Dari dulu harusnya lo sadar, Shel. Gue ada rasa sama lo. Akhir-akhir ini gue coba diem, biasanya lo kasih selamat ke gue setiap menang kejuaraan. Tapi sekarang, lo seakan udah nggak anggap gue ada setelah datang cewek sok cantik yang katanya lo suka itu," ungkapnya panjang lebar. Membuncahkan segala sesak yang sudah menyiksanya secara perlahan.
Mendapati Marshel tidak kunjung mengeluarkan suara, cewek itu memeluk tubuh Marshel yang tidak sempat mengelak. Dia adalah Serly Alivia. Cewek populer dengan kecerdasannya. Tidak diherankan bila dia acap kali mengikuti olimpiade matematika baik tingkat nasional maupun internasional.
Pelukan singkat tadi sukses menuntaskan rindunya setelah cukup lama tidak bertemu karena dirinya harus mengikuti kejuaraan. Komunikasi yang sempat terputus, saat ini terbayarkan dengan pertemuan itu.
Tidak jauh dari tempat keduanya berdiri, seorang cewek diam-diam menguping pembicaraan. Entah mengapa hatinya berdesir ngilu saat mendengar pernyataan dari sosok wanita cantik yang terus menatap cowok pemilik paras tampan itu. Dengan perasaan tak karuan, dia berbalik badan lantas bergegas pergi tanpa niat berlama-lama lagi.
Gerakan lembut Marshel melepaskan diri dari pelukan Serly dengan hati-hati. Tangan kanannya ngusap wajah dengan kasar. "Serly, cewek itu lebih baik dikejar bukan mengejar. Gue hargai rasa lo buat gue. Tapi maaf, Ser, kita cuma bisa temenan. Gue nggak mau nyakitin Aresha."
Mata indah Serly mengerjap sehingga air matanya tanpa sengaja mengalir lepas tidak lagi tertahan. Bibirnya gemetar, isak tangis terdengar sangat pelan. Jika waktu boleh berputar kembali, dia ingin mengulang setiap moment indah bersama cowok itu. Dia ingin manapaki setiap jengkal tempat istimewa yang pernah mereka datangi ketika hubungannya masih membaik seperti dulu. Tertawa setiap kali lelucon receh Marshel tunjukkan untuknya. Menghabiskan waktu berdua sebagai sepasang sahabat?
Dengan sisa keberanian Serly menatap manik mata Marshel yang menyorot hangat seperti biasa. "Gue minta maaf. Nggak seharusnya gue rusak persahabatan kita karena rasa gue yang berlebihan. Nggak seharusnya gue ninggalin lo demi olimpiade saat lo down karena kakak lo. Gue salah, Shel. Gue sadar itu."
Bagaimanapun Serly pernah ada di saat Marshel mengalami kesulitan. Hanya dia satu-satunya cewek yang mengetahui keadaan keluarganya. Tangan Marshel memegang pelan kedua bahu Serly. "Lo nggak usah salahin diri sendiri. Lo tetep temen gue, walaupun nggak sedeket dulu. Lo tau nggak? Kalo lagi nangis belek nya bisa keluar?"
Sontak saja cewek itu mengelap matanya. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. 'Lo masih kayak gulu, Shel. Gue kangen segala tentang lo.'
Bel masuk berbunyi. Marshel pamit kembali ke kelas setelah mengurungkan niat untuk menemui bidadarinya, karena waktu yang tidak memungkinkan. Serly masih berdiri di tempat semula dengan ekspresi mengeras.
![](https://img.wattpad.com/cover/170869593-288-k420971.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Teen Fiction[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...