Jangan lupa vote ✩ dan comments ya pembaca yang baik ♡
~●●●~
Ternyata gue salah duga. Cinta lo berubah jadi obsesi yang membutakan mata, hati, dan logika.
Aresha Ravan Arabella
~●●●~
"Kita lapor polisi, Pa. Bunda takut Aresha kenapa-napa." Ana duduk terisak tepat di samping suaminya.
Masih dengan pakaian kantor, kini Reno tampak terlihat acak-acakan. Dasi yang biasanya melingkar rapi, sudah tidak lagi ia perhatikan.
"Pa! Kamu itu kepala keluarga! Anak kita belum pulang. Kamu malah diam! Di mana tanggung jawab kamu?!" Ana memukul dada bidang Reno. Tangisnya semakin pecah membuat badannya terguncang.
Reno tetap diam tak melawan. "Apa layak Bunda salahin Papa? Harusnya Bunda yang berhenti bekerja terus jaga anak baik-baik. Udahlah, Bun. Kita sama-sama salah."
Ravan yang baru saja berganti baju setelah pulang sekolah pun menjadi tak selera mendapati orang tuanya bertengkar. Padahal ia memberi tahu keduanya agar bisa mencari Aresha bersama-sama. Namun, yang ada di hadapannya jauh dari apa yang diharapkan.
"Mau kemana kamu, Bang?" Ana langsung mendekati Ravan yang baru saja hendak membuka pintu.
Ravan berbalik badan lalu tersenyum kecil. "Ravan mau cari Aresha, Bun. Ravan malas pulang ke rumah kalo Bunda sama Papa berantem. Apa nggak cukup kalian buat Ravan dan Aresha menderita??"
Mendengar ucapan anak sulungnya barusan Reno refleks bangkit lantas berdiri di hadapan Ravan. "Apa kamu bilang? Menderita? Papa kerja banting tulang biar keluarga ini hidup mewah. Apa ini balasan kamu?"
Ravan melemparkan tatapan ke arah lain. Sudah hapal betul dengan sikap Papa nya yang mudah sekali terpancing emosi.
"Ravan nggak pernah nuntut biar bisa hidup mewah. Ravan sama Aresha cuma mau kalian punya waktu buat kita berdua. Bukannya sibuk sama kerjaan yang nggak pernah berhenti!" Ravan mulai menaikkan nada suara.
"Bang, udah, Bang." Ana memeluk tubuh anaknya seraya terus menangis.
"Papa sama Bunda nggak tau 'kan kalo Aresha punya trauma? Dia trauma setiap kali dibentak. Semua karena Papa yang suka marah-marah, bentak dia, dan Bunda juga nggak pernah peduli soal itu." Ravan membenarkan jaketnya dengan kasar. "Ravan pergi cari Aresha. Kalian berantem aja sepuasnya."
Ravan kembali berbalik badan lalu melenggang pergi. Mengabaikan sang papa yang terus memanggil namanya dengan penuh emosi.
~●●●~
Sesuai rencana Marshel, Ravan, Luan, Rasya, dan Naraya baru saja tiba untuk melanjutkan pencarian Aresha yang belum kunjung menemui titik terang.
"Kita ini sebenernya mau kemana sih, Bang? Kok malah ke bengkel? Samson gue masih kuat, dia nggak sakit." Marshel menunjukkan motornya ke pada Ravan.
"Bego lo udah kebangetan, Shel. Gue bodo amat mau Samson lo itu sakit atau nggak. Kita kesini buat cari informasi." Ravan menyimpan helemnya di atas motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Teen Fiction[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...