Mencintai seseorang dengan sangat dalam,
dapat memberimu keberanian.Si ganteng yang tampan nan mempesona, Marshel.
Seperti biasa Marshel dengan senang hati mengantarkan Aresha hingga sampai di kelasnya yang masih sepi. Siswa dan siswi lain masih berada di luar kelas karena bel masuk belum berbunyi. Kesempatan itu ia digunakan untuk mengusili Aresha.Marshel mengacak-acak puncak rambut Aresha yang sedang tertunduk sambil cemberut seperti biasa. "Belajar yang bener ya. Jangan marah terus! Nanti makin cantik 'kan berabe."
Aresha sedari tadi mencoba mengabaikan keberadaan lelaki itu. Sambil terus berdoa agar Naraya dan Zena akan cepat datang. Namun, ketika Marshel terus saja mengusik, ketenangannya pun perlahan mulai terganggu. Dengan kasar dia menghempas tangan Marshel. "Itu tangan lo minta diiket ya?!"
Marshel tersenyum. Menghadap kesamping kiri sehingga dirinya bisa menatap wajah kesal Aresha. "Boleh, tapi pake cinta dan kasih sayang," kelakar Marshel namun tetap saja tidak bisa membuat Aresha tersenyum.
Suasana menjadi semakin sepi, yang terdengar hanya beberapa langkah sepatu di koridor. Aresha membuka buku novel karangan seorang penulis terkenal. Pura-pura membaca agar bisa mengabaikan Marshel. Entah mengapa tatapan lelaki itu kosong saat dia lihat melalui ekor matanya.
"Sha, nanti pulang sekolah mau nggak anter gue?" tanya Marshel setelah tersadar dan mengingat kembali hal pokok yang seharusnya sudah ia katakan sejak tadi. Dasar pelupa!
Aresha langsung menyambar secepat kilat. "Ogah! Gue sibuk. Banyak tugas, mau rebahan."
Marshel sebenarnya bisa saja tanpa Aresha. Namun, selama masih ada kesempatan kenapa tidak? Untuk itu, Marshel berharap cewek berponi dengan bandana biru tersebut mau mengantarnya. "Lo mah gitu. Mau ya? Kasian kesayangan gue, diungsiin dulu gara-gara rumahnya bocor."
Aresha terlihat berpikir sejenak. Enggan jika harus mendengarkan cerewetan Marshel yang mengganggu pendengaran. "Lo mau gue temenin ke mana?"
"Ke hatimu, hehehe ...," timpal Marshel sekenanya. Menyadari perubahan raut wajah Aresha, ia langsung meralat ucapannya, bersikap lebih serius. "Iya, sorry. Gue mau beli rumah. Gimana? Mau 'kan lo anter gue? Itung-itung latihan buat nanti, Sha."
Aresha kembali membuka lembar demi lembar buku novel yang sempat terabaikan. Mendelik sebal ketika Marshel tidak pernah serius dalam berbicara.
"Gimana nanti. Bentar lagi bel masuk. Tuh, udah ada Zena sama Naraya juga. Pergi lo cepetan!" usir Aresha mendorong Marshel untuk segera berdiri.
"Oke. See you calon pacarnya gue." Marshel berdiri, lalu tersenyum kepada dua orang cewek yang berdiri di belakangnya. "Eh, ada Zena sama Naraya. Gue pamit deh. Maaf kalo nungguin."
Setelah Marshel pergi, Aresha langsung mendapat tatapan tajam dari kedua sahabatnya. Bersiap jika sebentar lagi dia akan mendapat semburan berbagai macam pertanyaan.
"Sha, lo mau nikah sama Marshel? Niat benget lo udah mau beli rumah? Sumpah, Sha! Gue nggak nyangka si Marshel itu gercep banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Novela Juvenil[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...