Jangan lupa vote ✩ dan comment ya pembaca yang baik ♡
~●●●~
Ada kalanya yang berjuang akan berhenti saat usahanya selalu terbuang.
~●●●~Naraya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Aresha terlebih dahulu. Mereka sepakat untuk marathon menonton drakor bersama. Tentu saja tanpa Zena hadir di tengah-tengah mereka.
Aresha telah berganti pakaian menggunakan pakaian santai. Rambutnya dia ikat kuda. Duduk menghadap laptop di sebelah Naraya.
"Gue nggak kuat kalo nonton drakor. Baper mulu gue," ucap Naraya di sela-sela mengunyah makanan ringan.
Sorot mata Aresha bergerak ke samping menatap Naraya sekilas. "Baperan lo, Nar!"
Naraya duduk bersila di atas kasur. "Lo masih suka baca novel nggak, Sha?"
Kepala Aresha bergerak naik turun. "Suka. Kenapa, Nar? Tumben banget lo nanya gitu."
"Ya, nggak apa sih. Adimas yang waktu kemarin jadi pembawa acara ulang tahun gue suka nulis loh, Sha. Setau gue dia lagi mau nerbitin buku lagi," tutur Naraya membuat Aresha langsung ikut duduk bersila.
Alis Aresha bertaut. Tatapannya menyelidik penuh tanya. "Yang bener lo, Nar? Keren dong kalo gitu. Gue suka sama cowok yang suka nulis, beda dari yang lain."
Naraya bergerak membuang bungkus makanan ringan yang telah raib isinya ke dalam keranjang sampah. Duduk di kursi belajar Aresha mengabaikan film yang sempat menarik perhatiannya.
"Gue juga pikir gitu. Dia sepupu gue, orangnya baik, pinter, ganteng, rajin lagi. Gimana, Sha?" Naraya melayangkan tatapan usil.
Sepasang mata Aresha menyipit. Mengapa Naraya tiba-tiba membahas dan memuji Adimas? Pertanyaan itu mulai memenuhi benak Aresha. Namun, dia tetap menampilkan raut seperti biasanya. "Maksud lo gimana? Gimana apanya, Nar?"
"Eh nggak, nggak gimana-gimana kok, Sha. Gue tadi cuma asal ngomong. Itu filmnya udah selesai belum?" Naraya membelokkan perbincangan ke arah lain.
Aresha semakin dibuat heran dengan tingkah Naraya. Namun, ia cepat-cepat menghempas pemikirannya. "Baru juga bentar, Nar. Lo dari tadi katanya mau nonton ini, eh malah duduk di situ." Dagu Aresha mengarah pada kursi yang diduduki Naraya.
"Iya, gue bosen, Sha. Lo tau sendiri gue orangnya gampang bosen. Gimana kalo kita ke cafe aja? Skuy, Sha," Naraya memasang senyum merajuk.
"Nggak bener banget sih lo. Katanya mau marathon nonton drakor." Aresha menghela napas panjang. Namun, tetap saja ia menurut tidak bisa menolak. Perlahan tangannya bergerak menutup laptop dan membereskan makanan ringan.
Naraya menyeringai. Ikut bersiap-siap membereskan rambutnya yang sedikit berantakan.
Aresha telah berganti pakaian. Baru saja hendak keluar kamar langkahnya dicegah oleh Naraya. "Tunggu, Sha. Gue bilang dulu Adimas biar dia anterin kita."
Aresha refleks mengernyitkan dahi. "Kita pakai taxi juga bisa 'kan? Kenapa harus Adimas sih?"
Naraya mengetikan beberapa kata pada ponselnya. "Biar nanti gue pulangnya bareng dia, hehe. Lo tau 'kan gue orangnya penakut kita 'kan rumahnya beda arah. Gue takut kalo nanti naik taxi sendiri."
Aresha tersenyum maklum. Namun, tidak dapat dielakkan hatinya merasa tidak biasa akan sikap Naraya sedari tadi. 'Kenapa Naraya jadi aneh?'
~●●●~
Marshel melajukan samson dengan kecepatan sedang. Ia gagal menemui Aresha di sekolah. Untuk itu Marshel membelokkan kuda besinya menuju arah rumah Aresha.
![](https://img.wattpad.com/cover/170869593-288-k420971.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Novela Juvenil[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...