Jangan lupa vote ya pembaca yang baik ♡
~●●●~
Kalo lo hilang, gue bakalan bawa lo kembali pulang. Naik odong-odong mau 'kan?
Marshel yang lagi meriang (merindukan dia seorang)
~●●●~
Marshel heboh berkejaran dengan Si Comel yang sempat mengganggunya saat ia menulis puisi. Tidak mau menyerah apalagi mengalah dengan serkor kucing, ia terus berlarian membuat seisi ruang tamu berserakan tidak sesuai tempatnya.
"Eh! Comel lo ngerjain gue banget, ya! Sini jangan kabur!" Marshel tak henti mengejar seekor kucing yang mengelak dengan lincah.
"Mentang-mentang Mamski belum pulang, lo gangguin gue mulu! Lagian gue mana mau naksir kucing." Marshel berkacak pinggang. Nafasnya naik turun mengikuti Comel bergerak kesana-kemari.
Ekor Comel bergerak cepat. Bulunya tegak berdiri sambil terus mengeong. "Meong, meong."
"Au ah, gue capek." Marshel menjatuhkan dirinya di atas sofa. Tidak lama dari itu, Ara datang membawa sebuah tas besar.
"Aduh, Marshel! Kamu ngapain aja, sih? Rumah acak-acakan kayak pesawat pecah!" Tatapan mata Ara menyalang kesal kepada anaknya.
"Aduh, Mamski. Mana ada pesawat masuk ke rumah kita terus pecah?" Marshel dengan santai menyahut. Punggungya menyender pada sandaran sofa.
Comel mendekat ke pada Ara. Mengelus kaki Ara dengan bulunya yang halus. Mendapati perlakuan seperti itu Ara langsung mengangkat comel ke dalam pelukannya.
"Aduh, Sayang, Comel nggak apa-apa 'kan?" Ara duduk di sofa dekat Marshel.
"Sayang, Sayang. Ma, Marshel nggak nyaman ada si Comel di sini. Masa puisi yang udah Marshel bikin susah payah dia siram sama air kopi? Emang dia kira buku Marshel bunga apa? Bener-bener nggak berkeprimanusiaan tuh si Comel." Marshel menatap tajam kucing yang berada di pangkuan ibunya.
"Kamu nggak boleh gitu dong, Shel. Comel pasti nggak sengaja nyenggol gelas kopinya. Comel 'kan hewan, mana bisa dia berkeprimanusiaan?" Ara mengusap-usap pelan kepala comel.
Marshel mendelik kesal. Ia bahkan hampir saja melupakan sesuatu hal yang jauh lebih penting. "Gimana keadaan kakak, Ma? Kakak baik-baik aja 'kan?"
Ara menatap Marshel dengan sorot mata sayu. "Kakak kamu baik-baik aja, Shel. Tapi, kita masih coba cari pendonor ginjal untuk kakak."
Marshel mengusap bahu sang Mama. Ia sangat paham jika Ara begitu terpukul dengan kondisi kakaknya yang harus melakukan pengobatan di luar kota Jakarta. "Sabar ya, Ma. Kakak, pasti kuat. Papa gimana kabarnya? Udah lama Marshel nggak ketemu."
Ara tersenyum simpul. "Kabar Papa baik , Shel. Katanya, Papa minta maaf belum bisa ketemu kamu. Papa harus jagain kakak di sana."
Marshel terdiam, ia tersenyum lalu mengangguk. Matanya mengedar ke sekitar. Mendapati keadaan ruang tamu kacau karena ulahnya, ia bergerak membereskan kembali. "Mama istirahat dulu, ya. Pasti 'kan capek banget. Biar Marshel yang beresin semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Dla nastolatków[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...