Janga lupa vote ✩ dan comment ya pembaca yang baik ♡
~●●●~
Banyak orang begitu piawai menutupi masalah. Hingga yang terlihat bahagia pun terkadang tidak benar baik-baik saja.~●●●~
Hampir saja Serly kehilangan harapan untuk kembali dekat dengan Marshel setelah sebelumnya hubungan antara mereka renggang. Entah hubungan apa yang Serly rasa dan simpulkan. Namun, satu hal yang pasti, ia menaruh hati pada seorang sahabat lelakinya yang selalu ada saat dibutuhkan. Mungkin Marshel lebih dari sososk sahabat bagi Serly.
Serly sadar bahwa dirinya seakan tokoh egois yang mengabaikan perasaan seseorang yang sebelumnya ia buat sakit. Namun, bukan Serly namanya bila tidak dapat meraih apa yang ia inginkan.
Dengan seulas senyum yang tidak luntur, Serly merapihkan rambut yang sengaja ia gerai dan memoleskan bedas tipis di wajahnya. Tentu saja ia tidak mau berpenampilan biasa saja saat di depan Marshel nanti.
"Gue bakalan bikin lo nggak mau lagi kehilangan gue, Shel," gumamnya saat menatap pantulan diri dari cermin.
Setelah bersiap, Serly membereskan beberapa barang di kamarnya yang ada di Yogyakarta. Tidak lagi asing dengan hal ini. Ayah Serly merupakan seorang pengusaha sukses yang menekuni bisnis besar. Karena itu orang tua yang selalu Serly banggakan memiliki banyak hunian di berbagai kota.
Serly menajamkan pendengaran saat telinganya menangkap suara ribut dari ruang tamu. Berbekal rasa penasaran dirinya mengendap-endap keluar kamar.
Rasa ingin tahu yang begitu besar membuat ia berdiri terpaku di balik tembok. Mendapati dari kejauhan raut masam kedua orang tuanya dengan kentara terlihat ditambah dengan semburat merah penuh emosi Papanya.
"Kenapa kamu nangis? Apa nggak cukup semua harta yang saya berikan? Dari awal menikah kamu berjanji tidak akan pernah banyak menuntut. Kenapa sekarang malah sebaliknya?!" Vito, ayah Serly, berkata dengan emosi meluap-luap. Bahkan telunjuknya teracung depan wajah sang istri.
Manda menggeleng pelan. Tidak kuasa menatap wajah seram suaminya. Ia menutup rapat kedua matanya menggunakan telapak tangan. "Bukan maksud aku menuntut, Mas," lirihnya dengan suara serak. "Aku cuma mau kamu meluangkan waktu untuk anak dan istrimu. Serly juga butuh kasih sayang kamu. Aku seorang Ibu bisa merasa saat ini dia sudah jauh dari perhatian kamu, Mas."
Hati Serly ciut. Kedua lututnya seakan melunak. Lemas. Air mata luruh tanpa dapat lagi tertaham membuat penglihatannya memburam. 'Ternyata Mami tau apa yang gue rasa.'
Serly berharap pertikaian ini segera berakhir. Namun, ternyata Vito malah berdecih menghapit kedua dagu Manda dengan tangannya dengan kasar. Giginya saling beradu dibarengi dengan sorot mata tajam mengarah tepat pada sepasang manik mata Manda. "Yang perlu kamu ingat, Manda, saya menikah dengan kamu bukan atas dasar cinta. Jika bukan paksaan, saya tidak akan pernah mau menikah dengan wanita rendahan seperti kamu!"
Manda memejam. Menahan ngilu yang menjalar begiru liar menenuhi hatinya yang membuat sesak.
"Buka mata kamu, Manda!" Vito berteriak membuat Manda terperanjat. "Bukan karena kamu istri saya berhak melarang saya mau berbuat apa! Kamu tidak berhak menuntut apa pun dari saya. Dengar! Saya menyesal memiliki anak yang lahir dari rahim kamu, Manda!"
'Ayah menyesal punya anak gue?' Kalimat itu terus menghantui. Fakta yang Serly dapat seakan ditolak oleh hati dan logikanya. Tidak mungkin orang tua yang selalu tampil harmonis di hadapannya kini adu mulut saling menghakimi. Lenyap sudah sosok papa yang selalu ia banggakan kepada temannya karena selalu memenuhi apapun yang ingin ia beli. Hilang sudah tutur kata papanya yang selalu berkata penuh wibawa dan kelembutan padanya seakan tidak mau Serly terluka karena alasan apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Teen Fiction[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...