Jangan lupa vote ✩ dan comment ya pembaca yang baik ♡
~●●●~
Sekarang terasa ada sekat setelah sebelumnya hampir dekat, dan nyaris terikat.~●●●~
Marshel tidak henti menggerutu sebal karena dua sahabatnya. Ia sudah menyempatkan waktu sepulang dari Yogyakarta untuk membawa kucing mamanya, tapi ternyata tidak membuahkan hasil.
Alhasil Marshel kembali ke rumah dengan perasaan kesal. Bisa bisanya Luan dan Rasya malah menitipkan si Comel kepada Aresha. Dan sekarang ia dibuat kebingungan bagaimana cara mengambil kucing itu.
Sebenarnya ini tidak rumit. Namun, otaknya saja yang menjadikan hal ini sulit. Pasalnya Marshel ingin mengurangi interaksi dengan Aresha. Mengingat pertemuan mereka pada saat terakhir kali tidak berjalan dengan baik.
"Lo kenapa, Shel?" tanya serly yang baru saja keluar dari kamar Marshila. Duduk bergabung di sofa panjang sebelah Marshel.
Marshel melirik Serly sekilas lalu kembali menatap layar ponsel. "Gue lagi bingung ngambil si Comel. Gue titipin dia ke Luan sama Rasya dan gedeknya itu orang malah nitipin si comel ke Aresha."
Serly berpikir sebentar. Tersenyum manis, lalu berkata, "ya udah, gimana kalo gue anter lo? Sekalian nanti kita mampir dulu ke supermarket buat beli titipan kak Marshila."
Marshel terdiam beberapa saat. Tanpa banyak berpikir lagi tangannya menyambar kunci yang tergeletak di atas meja. "Kita berangkat sekarang."
Serly tersenyum kecil. Mengekori Marshel yang berjalan ke bagasi mengeluarkan mobil. Pulangnya kembali Marshila ke Jakarta benar-benar memudahkan Serly untuk kembali dekat dengan cowok itu.
~●●●~
Berbagi pemikiran dengan Aresha sepertinya tidak terlalu buruk. Itulah yang memicu senyum tipis Adimas tidak luntur sedari tadi.
Ketertarikan Aresha pada dunia tulis menulis dimanfaatkan dengan baik oleh Adimas. Ia bahkan menulis sebuah cerita untuk Aresha. Tentu saja hal itu berhasil menyita perhatian cewek yang kini asik membaca hasil tulisan Adimas.
"Bagus lho ini. Lo beneran jago nulis ya?" tanya Aresha. Matanya terus bergerak membaca setiap kalimat.
"Iya, lagian gue bayanginnya lo sih, jadi nggak writer block waktu nulis," timpal Adimas dibalut dengan nada becanda sambil terus menatap Aresha yang sedang serius membaca.
Aresha terkekeh pelan. "Bohong lo. Padahal gue jadi cewek jutek banget di cerita lo itu. Enaknya apa coba bayangin gue?"
"Kalo menurut gue, lo cantik, Sha. Apalagi kalo lagi ketawa, cantiknya nambah berkali kali lipat tau nggak?"
Aresha terdiam. Menghentikan sebentar kegiatan membacanya. "Bisa aja lo, Dim."
Hening beberapa saat. Aresha memutuskan untuk kembali mengeluarkan suara. "Lo sendiri kenapa suka nulis? Jarang-jarang 'kan cowok suka nulis kayak lo."
Adimas tersenyum kecil. Memberikan fokus penuh menatap Aresha. "Nggak tau. Gue nyaman aja kalo nulis. Kayak jadi media buat ungkapin hal yang nggak gue ucap pakai lisan. Kenapa? Lo tertarik sama gue?"
Suara deheman keras membuat keduanya menoleh. "Ekhem! Tenggorokan gue gatel!"
Kehadiran Marshel yang sangat tiba-tiba sedikit membuat Aresha kaget. Dan tanpa tahu malu, cowok itu duduk di kursi yang tersisa lalu memakan snack ringan dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Jutek Vs Raja Bego (Completed) √
Roman pour Adolescents[ JANGAN LUPA FOLLOW YA ] ※_______________※ Jika mungkin kebanyakan wanita terpesona oleh cowok super keren dan pintar, lalu bagaimana jika dihadapkan dengan Marshel? Seorang cowok pecicilan, tukang gombal, terlampau percaya diri, dan telah kehilang...