11. Mulai Berdamai

7.4K 538 19
                                    

Alena menarik dan membuang nafasnya berkali-kali. Gadis itu mencoba mengontrol emosinya saat berhadapan dengan duda yang diakuinya tampan ini. Butuh kesabaran ekstra untuk bertahan lebih dari 5 menit duduk bersama dengannya.

"Jadi apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?" Tanyanya dengan nada tak bersahabat

Lihat kan? Belum apa-apa sudah mengajak ribut. Wajah dan suaranya itu sangat menyebalkan bagi Alena.

"Apakah om sudah mendengar apa yang terjadi kepada PUTRI semata wayang om hari ini di sekolah?" Tanya Alena dengan sengaja menekankan kata Putri, sebab dia geram dengan pria yang mengaku mengetahui apa yang terbaik bagi putrinya padahal nyatanya tidak sama sekali.

Alena tersenyum mengejek, Bryan nampak terkejut, namun dokter bedah itu mencoba bersikap tenang dan biasa saja di depannya. Namun, tetap saja sorot matanya tidak dapat membohongi bahwa saat ini dirinya tengah khawatir dan juga penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh gadis di hadapannya memgenai putrinya. Pria itu bungkam dan tampak seperti seorang idiot di mata Alena.

"Apakah om tahu bagaimana selama ini si Lastri yang katanya bukan kekasih om itu memperlakukan Vina?" Cecarnya lagi

"Dia baik." Jawabnya cepat dan yakin, namun justru membuat Alena terkekeh mendengarnya.

"Kamu gila ya?" Bryan bergidik ngeri mendengar kekehan Alena yang menurutnya tidak beralasan, "Apa yang lucu?" Lanjutnya

Tiba-tiba Alena berhenti tertawa, wajahnya kembali serius, "Om."

Bryan semakin dibuat yakin bahwa Alena memiliki kepribadian ganda. Tadi tertawa sekarang tiba-tiba berubah dingin dan menyeramkan.

"Aku tidak sedang melucu."

Alena menghela, "Sebaiknya om lebih memperhatikan Vina. Tidakkah om bertanya-tanya mengapa dia bisa nekad menginap bersamaku? Padahal saat itu kami belum saling mengenal, bahkan kami baru 2 kali bertemu." Ucapnya hati-hati, dia tahu duda ini sangat sensitif dan tidak mudah mempercayai orang lain, khususnya dirinya.

Benar. Bryan juga sempat bertanya apa alasan Vina, dia menduga bahwa hal ini adalah rencana ibunya untuk menitipkan putrinya di rumah sahabatnya. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu.

"Om tidak pernah menanyakannya kepada Vina?" Tebak Alena

Dalam hati Bryan mengiyakan. Dia tidak pernah bertanya dan Vina juga tidak pernah bercerita. Bryan mengakui bahwa hubungannya dengan putrinya tidak dekat, mereka jarang berbicara dari hati ke hati.

Alena berdehem untuk menarik perhatian Bryan yang tampaknya mulai tenggelam dalam pikiran-pikiran yang Alena tidak tahu pasti itu apa, "Saya tidak bermaksud menggurui. Akan tetapi, setelah beberapa kali bertemu dengan Vina saya tahu bahwa banyak hal yang dipendam sendiri olehnya. Seharusnya anak seusianya mendapatkan perhatian yang lebih dari orangtua dan juga orang terdekatnya."

Bryan menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan olehnya.

Alena kembali membuka mulutnya, menghindari kalimat makian yang mungkin akan dilayangkan kepadanya, "Saya tahu om tidak akan mempercayai kata-kata saya. Maka dari itu saya sarankan agar om menyempatkan diri untuk menemui wali kelas Vina."

●●●

Melamun. Itu yang saat ini Alena lakukan. Pikirannya terus berkelana entah ke mana. Kedua mata indahnya memang tampak sedang memperhatikan Vina yang sedang melahap es krim stroberi favoritnya, namun nyatanya itu hanyalah tatapan kosong.

Raganya memang bersama Vina namun jiwanya justru bersama ayah dari anak itu. Pembagian yang adil bukan?

Kalimat Bryan tadi masih terngiang di kepalanya. Sungguh sangat sulit dipercaya.

My Glamour Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang