Tidur Alena terusik, berkali-kali dia mencoba memejamkan matanya kembali dan menarik selimutnya hingga ke atas kepala berharap bisa menghilangkan gangguan dari luar sana. Namun tetap saja usaha tersebut gagal, nyatanya suara tawa dan teriakan yang melengking itu tetap terdengar jelas di telinganya. Dengan malas, Alena duduk bersandar di ranjang sambil mengumpulkan kesadarannya.
Bohong jika dia tidak tertarik dengan suara tawa renyah itu. Alena sangat ingin mengetahui alasannya mengapa dan siapa yang menciptakan kebahagiaan itu.
Perlahan Alena menurunkan kaki jenjangnya dari ranjang dan berjalan mendekati jendela yang telah dibukakan oleh seseorang.
"Siapa lagi kalau bukan duda beranak satu itu? Mungkin tadi dia ke sini untuk membangunkan Vina."
Alena menumpukan kedua tangannya di pagar jendela kemudian menutup mata sambil mendongak menghirup udara pagi yang menyegarkan. Sebuah senyum manis terbit di wajah cantik yang polos tanpa make up itu dan semakin mengembang saat mendengar seseorang menyerukan namanya.
"Aunty Al."
Alena membuka kelopak matanya, menampilkan iris hijau nan indah itu. Matanya berbinar cerah menatap gadis kecil yang beberapa waktu ini telah menghuni hatinya.
"Vina sudah bisa naik sepeda." Gadis kecil itu berteriak sambil mengayuh sepeda beroda empat itu agar Alena mendengar laporan yang sangat penting menurutnya.
Seharusnya anak seusia Vina sudah bisa mengendarai sepeda tanpa roda bantu, akan tetapi dalam kasus Vina yang baru diperhatikan oleh ayahnya, tentu istilah "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" itu sangat berlaku. Bryan yang selama ini selalu fokus bekerja, tidak pernah meluangkan waktunya untuk bermain dengan putrinya. Termasuk mengajarkannya naik sepeda ataupun berenang. Maka dari itu Alena sangat terharu bisa menyaksikan momen langka ini.
Alena menyeka air mata harunya sambil terkekeh pelan melihat betapa bahagianya Vina.
Melihat Alena masih memperhatikannya, Vina semakin bersemangat mengayuh sepedanya hingga tidak bisa mengatur keseimbangan tubuhnya. Gadis kecil itu hampir terjatuh kalau saja Bryan tidak sigap menahan sepedanya.
Alena keluar dari kamarnya dan menyusul ayah dan anak itu ke halaman. Tentu dia mengkhawatirkan Vina meskipun Bryan ada di sana dan tentu saja pria itu pasti berhasil menolong putrinya. Namun dia tetap ingin memastikan bahwa Vina baik-baik saja.
"Ada yang terluka?" Tanya Alena cemas, dia bahkan tidak sadar telah mendorong Bryan dan menepis tangannya yang memegangi lengan Vina. Alena berjongkok dan memeriksa tubuh Vina dari atas sampai bawah, memastikan tidak ada lecet di sana.
Vina dan Bryan saling bersitatap kemudian beralih kepada Alena yang kini mendesah pelan. Terlihat jelas raut lega di wajah cantik itu, Alena kembali berdiri.
"Syukurlah kamu baik-baik saja."
Tidak ada yang menanggapinya, Alena hanya melihat raut wajah bingung yang ditujukan ayah dan anak itu kepadanya. Sadar akan sikapnya yang berlebihan barusan, Alena tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"A-aunty buatkan sarapan untuk kita dulu ya." Alena langsung berbalik berjalan cepat menuju vila tanpa menunggu respon dari Vina ataupun Bryan.
"Mommy aneh ya?"
Vina mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa melepaskan pandangannya dari punggung Alena yang semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Glamour Wife (TAMAT)
Romance⚠️⚠️ Warning!!!! Banyak adegan 18+, 21+ #Sequel Melt Her Heart Alena Greene Milton, gadis yang terlahir dari keluarga kaya dan terbiasa hidup bergelimang harta. Segala hal tentangnya tidak pernah lepas dari kemewahan. Penampilannya yang glamour memb...