20. Penderitaan Pria Kikir

7.4K 445 53
                                    

Pria berjas putih itu berjalan tergesa keluar dari ruang kerjanya. Bulir-bulir keringat mulai menetes dari pelipisnya. Dia terus melangkah dan mengabaikan beberapa orang yang menyapanya. Wajahnya tampak tegang seperti seseorang yang tengah menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Sayangnya, usianya terlalu tua jika menganggap hal itu sebagai alasannya.

Langkah kakinya terhenti di kantin rumah sakit. Dia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ingin sekali ditemuinya saat ini.

Pria itu menghembuskan nafas lega saat melihat sosok yang dicari tengah duduk di salah satu meja di pojok kantin. Dia memutar bola matanya malas saat melihat gadis itu duduk bersama seorang pria yang dia yakini tengah merayunya.

Ekhem.

Sontak kedua pasang mata itu menoleh ke arahnya. Dia segera mengambil posisi dan duduk di kursi sebelah gadis itu, mengabaikan tatapan tidak suka si pria.

"Cindy, dia siapa?" Pria yang duduk di hadapan si gadis mempertanyakan dirinya.

"Cindy?" Gumamnya, dia menatap gadis di sampingnya dengan tatapan bertanya, "sebenarnya siapa nama gadis ini?" Tanyanya dalam hati.

Gadis itu tersenyum manis, "suami adik iparku."

Kedua mata pria itu membelalak, "su-suami adik iparmu?" Tanyanya tak percaya, bahkan untuk mengucapkannya pun ia terbata.

Gadis yang mengaku bernama Cindy itupun mengangguk bangga.

"Suami? Adik ipar? Siapa?" Dia kembali bertanya-tanya di dalam hati. Tidak ingin mengganggu permainan gadis di sampingnya. Lagipula itu bukan urusannya, dia hanya ingin mendapatkan sesuatu yang sangat penting dari gadis yang diakuinya memang sangat cantik namun sedikit gila atau mungkin sangat gila?

Bahu pria itu merosot, tampak sekali kekecewaan di wajahnya. Namun tetap saja dia mencoba memaksakan senyumnya, tidak ingin terlihat lebih menyedihkan lagi. Bagaimana tidak? Baru saja merasa berhasil karena si gadis cantik menyambut ramah dirinya, namun ternyata mangsanya telah menikah. Mungkin jika pria berjas putih itu mengaku sebagai kakak iparnya, harapannya masih ada karena itu berarti kakak dari gadis incarannya inilah yang menikah. Namun ini?

"Ah sudahlah. Saya permisi." Pamitnya kemudian berlalu bergitu saja tanpa menunggu balasan dari keduanya.

Gadis yang mengaku bernama Cindy itu melambaikan tangannya, "terimakasih traktirannya." Ucapnya sedikit berteriak agar pria yang tengah melangkah tergesa menuju pintu keluar itu mendengarnya.

"Aku yakin kau telah berbuat sesuatu kepadanya." Tebaknya kemudian berpindah posisi duduk di depan gadis bernama "Cindy" itu.

Gadis itu tergelak, "sudah biasa." Balasnya santai.

"Jadi sebenarnya siapa namamu?"

"Tentu saja Angel, adik iparku tersayang." Ucapnya lembut dan sok dewasa di matanya. "Oh iya, kenapa adik i-

Ucapannya terpotong saat pria di depannya mengangkat trlapak tangannya memberi isyarat agar dia berhenti berbicara, "tolong! Hentikan panggilanmu itu! Seharusnya kau memanggilku kakak! Bahkan aku lebih cocok kau panggil paman." Potongnya. Telinganya terasa panas mendengar sebutan yang konyol menurutnya.

"Padahal kak Al hanya lebih tua dua tahun dariku." Cibirnya.

"Kalian berbeda."

My Glamour Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang