21. Dimaafkan tapi...

6.9K 424 35
                                    

Esoknya suasana rumah Bryan tidak sehangat biasanya. Wajah masam Alena menyambut paginya. Dia tidak mengerti mengapa gadis itu terlihat begitu kesal terhadapnya.

"Ini." Alena menyodorkan sepiring pancake yang telah disiraminya dengan madu padahal Bryan lebih suka dengan sirup maple, "kalau tidak suka, tidak usah makan!" Ujarnya dengan nada ketusnya.

Mulut Bryan yang tadinya sudah terbuka kembali mengatup, nyalinya menciut. Dia tidak berani menentang macan betina yang kini menatapnya garang.

"Sirup maple kita habis, dad." Bisik Vina.

Bryan hanya mengangguk dan mulai memotong pancake di hadapannya. Pandangan matanya tidak lepas dari Alena yang sepertinya sengaja tidak mengacuhkannya. Nafsu makannya menguap begitu saja, lidahnya mati rasa. Makanan yang seharusnya manis malah terasa masam seperti wajah Alena.

Merasa diperhatikan, Alena mengangkat wajahnya dan melototi Bryan, "apa lihat-lihat?" Tanyanya galak.

Uhuk. Uhuk.

Bryan tersedak. Dia memukul-mukul dadanya dan meminta Vina mengambilkan air minum untuknya.

"Kamu berniat menjadi janda?" Bryan sedikit meninggikan suaranya namun nyatanya tidak berpengaruh terhadap Alena. Gadis itu terus menyantap hidangan di hadapannya menganggap ucapannya sebagai angin lalu.

Vina kembali berbisik, "aunty Al marah kepada Daddy."

"Kenapa?"

Vina menggelengkan kepalanya dan mengangkat kedua bahunya, "coba Daddy ingat-ingat apa yang sudah Daddy lakukan kemarin sebelum aunty mendiamkan Daddy!" Ucapnya bijak. Ya, dalam hal ini Vina memang sudah berpengalaman menghadapi kemarahan seorang Alena. Dia sudah mengerti bagaimana tabiat aunty tersayangnya.

Terdengar suara kursi berderit. Bryan dan Vina serempak mendongak dan menatap Alena tanpa berani mengucapkan sepatah katapun. Bagi keduanya kebungkaman Alena merupakan hal yang sangat menakutkan dan sebaiknya jangan mencari masalah dengannya saat ini.

"Vina mau berangkat bersama Daddy atau aunty?" tanyanya lembut.

Bryan tersenyum kecut, merasa diperlakukan tidak adil. Ternyata hanya dirinyalah yang didiamkan oleh Alena, padahal dia tidak mengetahui di mana letak kesalahannya.

Vina meraih ranselnya kemudian menyandangnya, "Bersama aunty saja." Serunya. Gadis kecil bercangkang polos itu berdiri dan mengamit tangan ayahnya untuk berpamitan.

Bryan mengantarkan kedua gadisnya sampai halaman rumahnya. Betapa bodohnya Bryan yang masih mengharapkan Alena berpamitan dan mencium tangannya, pria itu mengulurkan tangannya kepada Alena yang tentu saja diabaikan. Alena berlalu begitu saja dan membiarkan tangan Bryan mengambang di udara.

Benar apa yang dikatakan putrinya. Alena sedang marah kepadanya dan sudah menjadi tugasnya untuk mencari tahu sendiri kesalahannya.

"Apakah dia marah karena semalam aku menegurnya?"

●●●

Siangnya Bryan memutuskan mengosongkan seluruh jadwalnya. Dia berencana untuk pulang cepat dan memasakkan makan siang untuk 'keluarga kecilnya' dan berharap dengan melakukan hal ini Alena akan sedikit melunak.

Bryan juga sengaja mampir dan membelikan sebuket bunga tulip putih sebagai simbol permintaan maafnya untuk Alena. Tidak usah berpikir bahwa semua ini adalah inisiatif darinya! Tidak. Dia bukanlah pria yang mengetahui hal sedetail ini. Bahkan di matanya semua bunga itu sama, melambangkan cinta dan kasih sayang. Dia tidak pernah menyangka bahwa setiap warna dan jenis bunga memiliki makna tertentu.

My Glamour Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang