47.Pengakuan

426 34 1
                                    

              ~Kalau takdir, manusia yang
                 menentukan, sudah pasti
                semuanya memilih hidup
                                 bahagia.~

                                    ****

Tak lama angkutan umum datang. Kay langsung menaiki Kopaja tersebut. Semua orang di dalam memperhatikan wajah Kay yang terlihat sangat babak belur. Tapi Kay tak peduli, sekarang ia lebih sadar dari tadi. Ia duduk di pojok bangku kedua.

"Mas, duitnya mana?" Tagih kenek Kopaja tersebut.

Kay meronggoh saku celana dan baju seragamnya, ternyata ia tidak membawa uang.

"Nih," kata Kay enteng seraya memberikan handphonenya. "Gue lupa bawa duit." Lanjutnya datar.

Kenek tersebut terdiam. "Serius?" Tanya kenek tak percaya. Kay mengangguk yakin.

Kenek tersebut mengambil dengan ragu. Pasti harga jualnya akan lebih dari ongkos dirinya.

Setelah sampai, Kay turun dan segera berjalan masuk keruangan Neneknya. Para suster yang berpapasan dengan Kay, sudah menawarkan luka Kay diobati, tapi Kay menolaknya. Dengan kata 'Gapapa' yang keluar dari mulutnya.

Kay telah sampai di ruangan Neneknya, ada salah satu suster muda nan cantik yang sedang memeriksa Nenek.

"Eh Kay, baru pulang ya. Tadi Nenek nanyain kamu." Kata Suster tersebut seraya tersenyum.

"Kamu habis berkelahi dengan siapa? Mau di obati gak?" Tanya Suster tersebut khawatir. Kay duduk di dekat Neneknya menggemgam erat tangan Neneknya.

"Aku gapapa, Suster bisa tinggalin aku sama Nenek berdua gak?" Pinta Kay sopan.

Suster tersenyum dan  menuruti kemauan Kay. "Kalau perlu apa-apa, bisa ke Suster ya." Kay balas dengan anggukan.

Setelah suster keluar, Kay menatap Nenek kesayangannya ini, yang sedang tertidur dengan lekat, seraya mencium tangannya yang sudah keriput itu dengan sayang. Air mata Kay yang sedari tadi ia tahan, sekarang turun begitu deras.

"Maafin aku Nek." Gumam Kay, sambil mencium tangan Neneknya.

Kay meminta maaf karena Nenek Kay yang sedang terbaring lemah ini, sama sekali tidak iklas kalau Kay, bertemu dengan keluarganya. Alasannya, karena Nenek Kay masih sakit hati, dengan Andini dan kedua anaknya. Yang membiarkan, Kay dulu hidup susah bersama Nenek dan Ayahnya. Sampai hembusan nafas terakhir Ayah Kay, yaitu anaknya Nenek. Andini dan kedua anaknya sama sekali tidak datang, untuk melakukan perpisahaan terakhir. Neneknya sangat sakit hati saat itu, sampai bertekad kuat, untuk bisa lebih kaya dari harta yang Andini miliki.

Nenek mencoba semua usaha, tapi hasilnya tidak begitu banyak. Ia sangat ulet dan gigih, sampai akhirnya Tuhan berpihak pada hidup Nenek dan Kay, Nenek bisa membuka usaha catering sendiri. Dan sekarang catering nya paling terkenal di daerah Jakarta. Semua orang-orang berpangkat tinggi, memesan catering di Nenek Kay. Itulah mengapa, Kay sekarang sudah tidak hidup susah lagi.

Kay mengeluarkan semua air matanya tanpa rasa malu sedikitpun. "Aku salah, aku minta maaf nek." Lanjut Kay tersedu-sedu. Rasa sakit akibat pukulan dari Vino seolah hilang, sama sekali tak terasa. Yang ia rasakan hanya sesak di hatinya.

Neneknya pasti akan sangat kecewa bila Kay bertemu dengan keluarganya. Tapi bagaimanapun, Kay merindukan keluarganya. Kay berhak memaafkan masa lalunya, walaupun masa lalu Kay punya luka tersendiri di hatinya.

Nenek Kay, merasakan tangannya kanannya basah, perlahan ia membuka kedua matanya. Dan melihat cucu kesayangannya, yang sudah sangat babak belur. Nenek Kay sudah tak asing, dengan wajah Kay yang sudah sering babak belur.

BAD LIAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang